Kebijakan makroprudensial yang telah ditempuh oleh BI sehingga meningkatkan pertumbuhan penyaluran kredit yaitu:
- Melonggarkan Loan to Value/Financiang to Value (LTV/FTV) untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) untuk fasilitas kredit pertama, pelonggaran fasilitas inden, dan pelonggaran termin pembayaran.
- Penyempurnaan ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) Loan to Funding Ratio (LFR) menjadi Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) untuk mendorong intermediasi perbankan.
- Implementasi instrumen Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) untuk meningkatkan fleksibilitas pengelolaan likuiditas oleh perbankan.
- Mempertahankan besaran Countercyclical Capital Buffer (CCB) pada level 0 persen.
- Mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan pembiayaan dari perbankan.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar US memang seringkali mengalami penurunan, bahkan kadang-kadang cukup drastis. Namun demikian, secara bertahap mampu kembali menguat sesuai fundamentalnya. Penguatan nilai tukar ini seringkali memerlukan intervensi dari BI. Â
Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar US seringkali menjadi pembahasan yang ramai di masyarakat. Akan tetapi yang paling menarik perhatian hanya saat kurs rupiah melemah. Masyarakat pun banyak yang terpengaruh dengan informasi yang kurang tepat, tidak benar bahkan hoaks.
Saat nilai tukar rupiah menguat atau kembali stabil, maka otomatis akan senyap dari pembahasan di masyarakat. Padahal ada peran penting dari BI dalam upaya mencegah nilai tukar rupiah terus merosot dan menjaga kestabilannya. BI bekerja keras untuk menjaga nilai tukar agar stabilitas sistem keuangan tetap terjaga dan kondusif untuk pertumbuhan ekonomi.
Beberapa kebijakan yang ditempuh BI yaitu:
- BI senantiasa memastikan tersedianya likuiditas (valas maupun rupiah) dalam jumlah memadai dan berkoordinasi dengan lembaga terkait untuk mendorong lindung nilai atau hedging.
- Terus memantau perkembangan perekonomian global dan dampaknya terhadap perekonomian domestik.
- Memperkuat 2nd line of defense bersama dengan institusi eksternal terkait.
- Jika tekanan terhadap rupiah terus berlanjut yang berpotensi menganggu stabilitas perekonomian, maka BI akan menyesuaikan suku bunga kebijakan BI 7-day Reverse Repo Rate.
Nilai tukar rupiah yang relatif kuat dan stabil sesuai fundamentalnya adalah pertanda stabilitas sistem keuangan yang baik dan terkendali. Meskipun sempat terjadi gejolak, namun akan kembali membaik. Lain halnya jika stabilitas sistem keuangan suatu negara yang kurang baik sehingga akan terus menurun dan berujung pada krisis seperti yang terjadi pada Yunani dan Turki. Imbasnya tentu saja membuat masyarakat kesulitan untuk memperoleh pinjaman atau kredit dari perbankan.
Nilai tukar rupiah yang relatif kuat dan stabil manfaatnya akan dirasakan oleh masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai tukar rupiah turut berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dan negara yang ekonominya terus tumbuh maka memiliki kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Â
---
Referensi:
Kebijakan Makroprudensial Efektif, BI Proyeksi Kredit Tumbuh 12 Persen Tahun Ini.