Topik hot tentang doa bersama di sekolah, tiba-tiba membuat memory saya mengingat masa SMA entah kelas satu atau kelas dua, tempatnya di mushola sekolah.
Saya ikut sholat berjamaah mungkin dzuhur atau ashar. Kebetulan saat itu yang sholat adalah teman-teman aktivis ekstrakurikuler (ekskul) Rohani Islam (rohis), yang rutin melakukan liqo'. Hanya saya sendiri yg bukan anggota rohis. Saya lebih prefer ikut ekskul Palang Merah Remaja (PMR). Kebetulan Lambang PMR ada tanda tambahnya, bahkan ada yang berseloroh itu adalah lambang salib? :). Saat itu saya barulah mulai intens belajar terkait agama dari hal-hal yang paling mendasar yaitu taukhid.
Setelah selesai sholat, sang imam yang juga teman sebaya saya namun lain kelas, hanya berzikir sendiri dan berdoa sendiri. Begitu juga teman-teman para aktivis rohis tersebut berzikir dan berdoa sendiri-sendiri. Teman-teman aktivis Rohis ini kemudian semuanya menjadi aktivis parpol islam yang lahir di masa reformasi.
Saya yang kadang-kadang sholat di masjid dekat rumah, selalu mengikuti ritual doa bersama (tepatnya hanya mengucapkan amin sambil berusaha khusuk, walau tidak tahu arti doa yang dibaca sang imam), merasakan keanehan dengan tidak adanya doa bersama yang dipimpin oleh imam sholat. Saya pun mencolek imam, lalu memberi kode dengan tangan yang terbuka ke atas. Maksudnya memberi tahu imam untuk memimpin doa bersama. Siapa tahu sang imam lupa, pikir saya.
Imam yang saya colek hanya tersenyum melihat tingkah saya. Setelah saya perhatikan, teman-teman lain pun juga tersenyum sambil melihat saya. Saya agak bingung, mungkin mereka belum paham kode saya yang mengingatkan untuk melakukan doa bersama. Saya pun mengulangi memberikan tanda untuk doa bersama. Sang imam tetap tidak melakukannya, ia tetap tersenyum, begitu juga teman-teman yang lain. Sayapun bingung dan penasaran luar biasa saat itu. Situasi tersebut menurut saya sangat diluar kebiasaan dimana banyak masyarakat Islam berdoa bersama dipimpin Imam setelah melaksanakan sholat berjamaah.
Tidak lama kemudian, setelah makin banyak belajar, saya baru tahu bahwa ada pendapat yang menyatakan tidak ada anjuran berdoa bersama setelah sholat berjamaah. Sepertinya teman-teman saya tersebut mengikuti pendapat tersebut. Secara pribadi, saya lebih sreg dengan pendapat tersebut. Sampai sekarang pun setelah sholat jamaah, lebih memilih zikir sendiri dan berdoa sendiri, sesuai kebutuhan sendiri.
Nah, kembali ke topik yang sedang hit dan hot terkait doa bersama di kelas pada sekolah umum yang di daerah mayoritas muslim menggunakan tatacara muslim walaupun ada juga murid non muslim di dalamnya. Saya tidak mengerti, mengapa sampai ada yang sedemikian marahnya dengan adanya pendapat agar hal tersebut sebaiknya ditiadakan. Apalagi dengan maksud menjaga perasaan mereka yang beragama lain di dalam kelas? Bukankah menghormati orang lain lebih penting dibandingkan berdoa bersama? Setidaknya itu pemikiran saya :)
Bila doa secara agama Islam boleh diucapkan keras-kera, bukankah agama lain pun harusnya juga diperbolehkan melakukan hal yang sama di sekolah umum? Misalnya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) kelas 1 A, terdapat 4 (empat) agama yang dianut murid-muridnya, harusnya semua murid dipersilahkan berdoa keras-keras sesuai agama masing-masing secara bergantian. Semua murid yang beragama lain juga harus diberikan kesempatan yang sama, berdoa sesuai keyakinannya masing-masing, dengan suara yang keras, agar terpatri ajaran moral sesuai agamanya masing-masing. Bila hal seperti ini dilaksanakan, jangan-jangan tetap ada yang marah-marah dan menuduh macam-macam :)
Terkait doa bersama, di kalangan sesama muslim pun ada perbedaan pendapat. Yang mau silahkan, yang tidak mau silahkan. Bila setelah sholat fardhu berjamaah saja boleh-boleh saja tidak berdoa bersama, hanya berdoa sendiri-sendiri, mengapa banyak yang keberatan dan murka dengan yang berpendapat sebaiknya doa bersama sebelum/sesudah sekolah dihilangkan? Bukankah tetap bisa berdoa di dalam hati masing-masing? Atau bila tidak setuju dihapuskan, maukah mereka bila semua agama boleh berdoa keras-keras secara bergantian di sekolah, di dalam kelas?
Saya sendiri sebagai muslim, lebih memperhatikan anak-anak untuk berdoa saat dirumah dan dalam kesehariannya. Doa sebelum/sesudah makan, tidur, ke kamar mandi, masuk/keluar rumah, doa saat kaget, bersih, melihat keindahan, memakai baju baru, dan masih banyak doa-doa lainnya. Bila di rumah orang tua terbiasa mengajarkan anak-anak berdoa beserta kegunaan, maksud dan artinya, juga membiasakan berdoa bersama anak-anaknya dalam setiap kesempatan, apakah masih perlu dan efektif doa bersama di sekolah yang berpotensi membuat anak-anak lain yang beragama minoritas merasa minder karena doa sesuai agamanya tidak diperkenankan dibaca keras-keras seperti doa secara Islam? Bagi saya pribadi, doa bersama di kelas/sekolah tersebut adalah minor alias tidak begitu penting, sehingga tidak ada masalah bila ditiadakan. Apalagi saat khusus pelajaran agama, juga diajarkan doa-doa kepada anak-anak sesuai agamanya masing-masing.
Doa bukan ajang unjuk gigi dan eksistensi. Doa adalah ajang instropeksi, bahwa manusia adalah mahluk yang lemah. Manusia dalam arti semua manusia. Bukan manusia yang khusus beragama tertentu saja.