Mohon tunggu...
Zaly
Zaly Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seseorang yang gemar menulis cerpen dan karya lainnya. bisa kunjungi akun instagram untuk lebih lanjut !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jarak dan Waktu

17 September 2025   07:49 Diperbarui: 17 September 2025   07:49 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jeda di antara detak jantungnya terasa begitu panjang. Senja merambat di langit Jakarta, mengubah jingga menjadi kelabu. Di bangku stasiun kereta, Rendra memegang erat ponselnya. Layar itu menampilkan foto seorang gadis dengan senyum yang sama persis seperti di ingatannya: Alya, cinta pertamanya di bangku SMA.

Lima tahun berlalu sejak mereka berpisah. Rendra memilih kuliah di ibu kota, sementara Alya harus mengikuti orang tuanya pindah ke kota kecil di Jawa Tengah. Lima tahun yang dipenuhi panggilan telepon, pesan teks, dan janji-janji yang tak pernah terwujud. Malam ini, janji itu akhirnya akan menjadi nyata. Alya akan tiba.

Sebuah pesan masuk. "Aku sudah di peron 1. Kamu di mana?"

Rendra buru-buru membalas, "Di depan loket. Jangan ke mana-mana, aku jemput."

Ia berlari menembus kerumunan orang yang hilir mudik. Udara malam yang lembab menerpa wajahnya. Di peron 1, ia melihatnya. Alya berdiri di antara deretan koper, mengenakan jaket jeans yang dulu sering ia pinjam. Rambutnya yang panjang tergerai, dan matanya berbinar seperti dulu.

"Alya!" panggil Rendra.

Gadis itu menoleh. Senyumnya merekah, dan ia berlari kecil menghampiri Rendra. Mereka berpelukan. Aroma parfumnya yang lembut langsung memenuhi indra Rendra, membangkitkan semua kenangan yang telah lama ia simpan.

Baca juga: Kapsul Waktu

"Aku nggak nyangka kamu bakal datang, Rendra," bisik Alya.

"Kenapa? Kamu pikir aku ingkar janji?" Rendra melepas pelukannya, menatap wajah Alya. Matanya menyiratkan kebahagiaan yang tulus, namun ada sedikit gurat lelah di sana. "Lima tahun, Al. Rasanya kayak baru kemarin kita di kantin sekolah."

Alya terkekeh. "Kamu masih suka melebih-lebihkan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun