"Aku tahu. Aku tahu kamu kuat."
"Aku kuat karena kamu. Kamu yang memberiku kekuatan."
Aku menunduk, mencium tangannya. "Aku sangat merindukanmu."
"Aku juga. Aku merindukan tawamu, merindukan omelanmu, merindukan segalanya tentangmu."
"Kamu janji ya, setelah ini kita ke taman lagi? Kita lihat burung-burung itu. Kita lihat matahari terbenam."
Ia mengangguk, senyumnya semakin lebar. "Aku janji. Dan setelah itu, kita akan menikah."
Pipiku kembali merona. Ia masih bisa membuatku malu, bahkan setelah semua ini. Tapi kali ini, aku tidak protes. Aku hanya tersenyum, mencium keningnya. Dan di luar, hujan telah berhenti. Sebuah pelangi muncul, melengkung indah di atas taman rumah sakit. Jendela di sudut ruang tunggu, seolah menjadi saksi bisu dari janji yang baru terucap.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI