Mohon tunggu...
Zaly
Zaly Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seseorang yang gemar menulis cerpen dan karya lainnya. bisa kunjungi akun instagram untuk lebih lanjut !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Momen Tak Biasa

27 Agustus 2025   11:31 Diperbarui: 27 Agustus 2025   11:31 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di perjalanan, Kiki menyandarkan kepalanya di bahu Pak Budi. "Ayah, Kiki janji tidak akan jajan sembarangan lagi. Es krimnya tidak enak, perut Kiki jadi sakit sekali."

"Ayah tahu, Nak. Mulai sekarang, Kiki harus lebih hati-hati memilih makanan. Kesehatan itu penting. Makanan sehat membuat Kiki kuat dan bisa bermain lagi."

Sesampainya di puskesmas, dokter langsung memeriksa Kiki. Ia bertanya tentang pola makan Kiki, makanan yang baru dikonsumsi, dan aktivitas sehari-hari. Pak Budi menceritakan semuanya, termasuk kebiasaan Kiki yang suka jajan.

"Ini gejala keracunan makanan ringan. Banyak jajanan di luar sana yang tidak terjamin kebersihannya. Kandungan pengawet dan pewarna berlebihan juga bisa merusak organ pencernaan anak," jelas dokter.

"Lalu, apa yang harus kami lakukan, Dok?" tanya Pak Budi cemas.

"Saya berikan obat penurun demam dan pereda nyeri. Pastikan Kiki minum banyak air putih dan makan makanan yang bergizi. Kurangi makanan instan dan jajanan tak sehat. Paling penting, ingatkan Kiki untuk selalu mencuci tangan sebelum makan. Itu kunci utama menjaga kesehatan," nasihat dokter.

Setelah menebus obat, Pak Budi dan Kiki pulang. Kiki memeluk erat botol obatnya. "Ayah, ini obat ajaib supaya Kiki sembuh?"

Pak Budi tersenyum. "Iya, Nak. Tapi yang paling penting, kamu harus jaga kebersihan. Makanan bersih dan tangan bersih adalah obat terbaik."

Sejak kejadian itu, Kiki benar-benar mengubah kebiasaannya. Ia lebih suka makan sayur dan buah, serta selalu mencuci tangan sebelum makan. Saat melihat gerobak es krim warna-warni, Kiki hanya tersenyum.

"Ayah, Kiki tidak mau lagi makan es krim itu. Kiki lebih suka masakan Ibu di rumah," kata Kiki.

Pak Budi bangga melihat perubahan pada putranya. Ia tahu, sakit Kiki adalah sebuah pelajaran berharga, bukan hanya untuk Kiki, tetapi juga untuknya sebagai orang tua. Ia akan memastikan Kiki tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas, tahu mana yang baik untuk dirinya dan mana yang tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun