Pagi itu, Pak Budi melihat Kiki, putranya yang berusia lima tahun, duduk lesu di sofa. Padahal biasanya, Kiki sudah berlari kesana kemari, siap untuk petualangan barunya. Kiki adalah anak yang sangat aktif, dengan mata yang selalu berbinar dan senyum yang tak pernah pudar.
"Kiki, kenapa kamu tidak main di luar?" tanya Pak Budi lembut.
Kiki hanya menggeleng. Wajahnya terlihat pucat dan ia menggigit bibir bawahnya. Ini bukan Kiki yang dikenalnya. Pak Budi mendekat dan menyentuh dahi putranya. Hangat.
"Kamu demam, Nak?"
Kiki mengangguk pelan. "Perut Kiki juga sakit, Yah."
Rasa panik mulai menyelimuti hati Pak Budi. Ia segera teringat beberapa hari terakhir, Kiki sering jajan sembarangan di depan sekolah.
"Apa Kiki jajan sembarangan lagi?" tanya Pak Budi.
Kiki menunduk, matanya mulai berkaca-kaca. "Maaf, Yah. Kiki beli es krim warna-warni itu."
Pak Budi menghela napas. Ia tahu es krim itu terbuat dari pewarna buatan yang berlebihan dan dijual di gerobak yang kebersihannya diragukan. Ia mencoba untuk tidak memarahi Kiki.
"Tidak apa-apa, Nak. Sekarang kita harus ke dokter," ujar Pak Budi sambil menggendong Kiki yang tubuhnya terasa semakin lemas.
Di perjalanan, Kiki menyandarkan kepalanya di bahu Pak Budi. "Ayah, Kiki janji tidak akan jajan sembarangan lagi. Es krimnya tidak enak, perut Kiki jadi sakit sekali."
"Ayah tahu, Nak. Mulai sekarang, Kiki harus lebih hati-hati memilih makanan. Kesehatan itu penting. Makanan sehat membuat Kiki kuat dan bisa bermain lagi."
Sesampainya di puskesmas, dokter langsung memeriksa Kiki. Ia bertanya tentang pola makan Kiki, makanan yang baru dikonsumsi, dan aktivitas sehari-hari. Pak Budi menceritakan semuanya, termasuk kebiasaan Kiki yang suka jajan.
"Ini gejala keracunan makanan ringan. Banyak jajanan di luar sana yang tidak terjamin kebersihannya. Kandungan pengawet dan pewarna berlebihan juga bisa merusak organ pencernaan anak," jelas dokter.
"Lalu, apa yang harus kami lakukan, Dok?" tanya Pak Budi cemas.
"Saya berikan obat penurun demam dan pereda nyeri. Pastikan Kiki minum banyak air putih dan makan makanan yang bergizi. Kurangi makanan instan dan jajanan tak sehat. Paling penting, ingatkan Kiki untuk selalu mencuci tangan sebelum makan. Itu kunci utama menjaga kesehatan," nasihat dokter.
Setelah menebus obat, Pak Budi dan Kiki pulang. Kiki memeluk erat botol obatnya. "Ayah, ini obat ajaib supaya Kiki sembuh?"
Pak Budi tersenyum. "Iya, Nak. Tapi yang paling penting, kamu harus jaga kebersihan. Makanan bersih dan tangan bersih adalah obat terbaik."
Sejak kejadian itu, Kiki benar-benar mengubah kebiasaannya. Ia lebih suka makan sayur dan buah, serta selalu mencuci tangan sebelum makan. Saat melihat gerobak es krim warna-warni, Kiki hanya tersenyum.
"Ayah, Kiki tidak mau lagi makan es krim itu. Kiki lebih suka masakan Ibu di rumah," kata Kiki.
Pak Budi bangga melihat perubahan pada putranya. Ia tahu, sakit Kiki adalah sebuah pelajaran berharga, bukan hanya untuk Kiki, tetapi juga untuknya sebagai orang tua. Ia akan memastikan Kiki tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas, tahu mana yang baik untuk dirinya dan mana yang tidak.
Pagi berikutnya, Kiki kembali ceria. Ia sudah berlari di halaman, mengejar kupu-kupu. Pak Budi melihatnya dari jendela, tersenyum bahagia. Kiki kecilnya kini sudah paham, bahwa kesehatan adalah harta paling berharga yang harus dijaga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI