Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Netralitas ASN, Mimpi atau Nyata?

13 Oktober 2020   10:36 Diperbarui: 14 Oktober 2020   07:42 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Netralitas ASN semasa Pemilu. (sumber: KOMPAS/HERYUNANTO)

Dari latar tersebut maka dapat difahami bahwa akar sejarah PNS bukanlah dirancang menjadi agen demokrasi. PNS mewarisi satu atau dua ciri kesejarahan yaitu penerus peran abdi dalem kerajaan lokal atau melanjutkan peran abdi negara/pemerintah yang dibentuk oleh Hindia Belanda.

Dalam struktur sosial budaya masyarakat kita, ciri kesejarahan tersebut menjadikan PNS menjelma sebagai salah satu representasi kelas menengah dalam perspektif masyarakat modern. 

Representasi ini semakin terasa di daerah yang aktifitas perekonomian dominannya bergantung pada pemerintah. Rendahnya kontribusi kelompok pengusaha dan pebisnis mandiri dalam aktifitas ekonomi wilayah menempatkan PNS sebagai lapisan elit dalam struktur sosial yang lalu berimbas ke urusan politik (lokal). 

Maka status elit yang dibentuk oleh sejarah tapi cenderung tidak netral dalam sejarah pelaksanaan pemilu di masa lalu membawa kesimpulan pada harusnya PNS, dan hanya PNS, berposisi netral agar tidak menguntungkan atau merugikan bagi salah satu kontestan.

Cukup itu penjelasannya?

Harus ditambahkan bahwa sekalipun penyelenggara pemilu diisi personil independen, namun kesehariannya didukung oleh manajemen yang diisi dan digerakkan oleh PNS. 

Terdapat aturan di negeri ini bahwa urusan mengelola keuangan negara harus dilakukan oleh PNS karena hanya PNS saja yang dapat dipikulkan tanggung jawab administrasi keuangan negara. 

Artinya apapun lembaganya, mesinnya pasti akan diisi oleh PNS sehingga sepintas wajar kalau PNS dituntut netral agar mesin penyelenggara pemilu dapat berjalan lancar.

Ternyata kata netral sedemikiannya menjadi momok.

Pertanyaan sebenarnya adalah apakah mungkin kondisi PNS netral diperoleh? Jangan-jangan itu hanya mimpi.

Gunakan penjelasan fenomena mimpi dari Sigmund Freud (1856-1939), bahwa mimpi merupakan mekanisme psikologi manusia untuk berdamai dengan masa lalu atau berinteraksi dengan situasi tertentu hari ini dan ke depan. Mimpi juga merupakan cara indra meredam gangguan lingkungan agar tidur kita tidak terganggu. Tentu pengertian ini tidak akan dapat menjelaskan mimpi yang difahami di kalangan tradisional yang menganggapnya sebagai media penyampai pesan luhur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun