Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca Isyarat dari Sarkofagus

18 Februari 2020   23:26 Diperbarui: 21 Februari 2020   08:13 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sarkofag di Situs Ai Renung, Kabupaten Sumbawa (dokpri)

Bayangkan kembali seperti apa peralatan yang mereka gunakan untuk membuat citra-citra tersebut. Detail pahatan yang  dikerjakan sebenarnya ungkapan dari kesungguhan niat si pembuat untuk menyampaikan sesuatu pesan. Tapi apa pesannya? 

Mengukir di batu cadas bukan pekerjaan sehari dua hari bahkan dengan peralatan modern sekalipun. Bisa jadi mereka di jaman prasejarah memahat berbulan-bulan sehingga kita bisa bertanya pesan apa sebenarnya yang ingin mereka sampaikan kepada kita?

Ketika kata-kata mungkin terlalu panjang, maka gambar terkadang bisa mewakili ribuan kata. Relief Candi Borobudur bisa bercerita banyak tentang ajaran luhur agama dan pesan moral kepada manusia. Wajah manusia atau binatang melata di sarkofag Ai Renung sebenarnya bercerita atau berpesan apa? 

Masyarakat Sumbawa sering menyebut leluhur dengan istilah "balo" yang dalam Bahasa Sumbawa artinya buaya. Apakah penamaan atau penggunaan kata buaya untuk menyebut leluhur ini berhubungan dengan citra yang terpahat di sarkofagus Ai Renung tersebut?

Sayangnya daerah sering tidak punya cukup ahli untuk meneliti hal-hal seperti ini. Antropologi, termasuk arkeologi sebagai cabangnya, harus diakui bukanlah jurusan yang seksi bagi anak-anak sekolah dibanding insinyur, tentara atau dokter misalnya. Arkeologi hanya menarik ketika muncul di layar perak atau layar kaca sebagai setting film aksi, itupun dibungkus dulu dengan intrik perburuan harta karun.

Beberapa penelitian yang dilakukan terkait arkofagus di Kabupaten Sumbawa masih seputar persepsi masyarakat terhadap keberadaan sarkofagus dan nilai atau aktifitas ritual yang berpusat pada sarkofagus tersebut dan tetap dipelihara sampai hari ini. Belum ada penelitian kpmprehensif atau paling tidak publikasi tentang kapan sebenarnya sarkofagus itu dibuat. 

Pada periode sejarah yang mana masyarakat Sumbawa masa lampau menyepakati bahwa untuk tokoh-tokoh penting maka persemayamannya harus dari batu cadas yang dilubangi, dan bukan membuat lubang di tanah yang lebih gampang menggalinya. 

Sarkofagus dapat dihubungkan dengan tradisi megalitik (batu besar) yang berkembang dalam dua periode yaitu Megalitik Tua (2500-1500 SM) dan Megalitik Muda yang berkembang pada milenium pertama sebelum Masehi. Sarkofagus sendiri termasuk dalam ciri peninggalan tradisi Megalitik Muda. Sebagian  sarkofagus di Sumbawa dapat dilihat melalui tautan yang menyajikan model 3 dimensi.  

Menurut Sujono sebagaimana dikutip Ali Akbar (2013), konsep yang mendasari tindakan dan pembuatan artefak atau fitur megalitik adalah keterkaitan antara yang sudah mati dengan yang masih hidup. Mereka yang telah mati mempunyai peran besar dalam menentukan kesejahteraan mereka yang masih hidup.

Cerita atau penjelasan tentang siapa sebenarnya mereka yang menerima penghormatan dibuatkan sarkofagus dan sekaligus dipercaya sebagai leluhur manusia Sumbawa, yang diidentifikasi sebagai "buaya/balo" sebagaimana pahatan pada dinding sarkofagus menjadi tantangan bagi generasi hari ini untuk menyusunnya.

Siapapun mereka, yang perlu jadi catatan bagi generasi hari ini adalah perlunya meninjau kembali stigma bahwa generasi lampau memiliki penguasaan teknologi yang rendah dan generasi hari ini lebih maju dari sisi teknik. Buktinya tanpa kerumitan peralatan, warisan mereka sebagian besar justru masih awet dibanding proyek-proyek infrastruktur yang dibangun masa kini yang sangat rentan dan mudah rusak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun