Selain bentuk lubang, sarkofagus diengkapi dengan motif-motif hiasan yang hampir seragam dan dipahatkan di sepanjang permukaan batuan. Hiasan yang paling banyak adalah bentuk wajah manusia (topeng), pahatan berbentuk manusia kangkang, dan buaya.
Dari kehalusan pahatan dan pelipit sarkofagus, terbayang kemampuan seni pahat pembuatnya yang tinggi. Pola hiasan yang detail namun seragam membangkitkan imajinasi bahwa hiasan-hiasan tersebut mungkin sedang bercerita tentang sesuatu pesan yang memiliki nilai khusus.
Mari kita mencoba membaca sarkofagus tersebut dari sisi dimensi. Bahwa sarkofag umumnya digunakan sebagai penyimpan jenazah rasanya para ahli sudah sepakat, jadi kita yang belum berkategori ahli dapat menerimanya sebagai suatu standar kenapa ukuran batu yang dipilih harus yang cukup besar.Â
Tapi kita dapat mengajukan pertanyaan setingkat apa status pemilik jasad sehingga membutuhkan usaha yang tidak main-main untuk menyimpan jenazahnya?
Batu berukuran besar tidaklah tersebar merata di mana-mana sehingga untuk memilih dan menentukan batu tentu membutuhkan pengenalan wilayah yang memadai. Maka penentuan titik pembuatan sarkofagus sangat boleh jadi menggambarkan juga penguasaan wilayah atau pengaruh dari si pemilik jasad sehingga tidak timbul perselisihan wilayah dengan penguasa lain.Â
Pada kondisi ini maka pembuat sarkofagus dapat bekerja dengan tenang menyelesaikan ukuran lubang jenazah pada batu besar yang dipilih kemudian dilanjutkan dengan penyelesaian detail pahatannya. Adanya sarkofag yang berdekatan dapat mengindikasikan bahwa telah terbentuk semacam tatanan sosial atau pemerintahan sehingga beberapa sarkofagus dapat dibuat.
Pertanyaan menggelitik yang muncul kemudian adalah seperti apa sebenarnya standar pembuatan ini dulunya dilakukan. Apakah dibuat oleh orang yang sama sehingga tinggal mengikuti contoh atau ukuran dari sarkofag sebelumnya yang pernah dibuat?Â
Kalau tidak dibuat oleh orang yang sama, maka seperti apa aturan pembuatannya sehingga dapat diperoleh ukuran yang standar? Kalau kemungkinan yang terakhir ini yang berlaku, maka kita perlu mengangkat topi bahwa manusia prasejarah sudah mengenal spesifikasi dalam pembuatan sarkofagus dan kemampuan teknis itu disampaikan atau diajarkan kepada orang lain.Â
Kita bisa juga kemudian berhipotesa bahwa sang maestro kemudian melakukan monitoring dalam pembuatannya agar hasil akhir dapat sesuai dengan spesifikasi atau standar yang ditetapkan.
Mengingat bahwa sarkofagus terbuat dari batu cadas berukuran besar, sudah tentu pengerjaannya merupakan kegiatan yang sungguh-sungguh di jaman ketika manusia belum mengenal peralatan modern untuk memotong dan melubangi batu. Kesungguhan ini terlihat sampai ke dalam lubang sarkofagus yang setiap sudutnya presisi dan siku-siku.
Kedua dari aspek ornamen. Sebagian besar sarkofagus di situs ini memiliki relief yang terukir di sisi luar sarkofag. Ada yang menggambarkan badan manusia, wajah manusia dan juga binatang melata seperti buaya.Â