Mohon tunggu...
Amien Laely
Amien Laely Mohon Tunggu... Administrasi - menyukai informasi terkini, kesehatan, karya sendiri, religiusitas, Indonesia, sejarah, tanaman, dll

menulis itu merangkai abjad dan tanda baca, mencipta karya seni, menuangkan gagasan, mendokumentasikan, mengarahkan dan merubah, bahkan amanah serta pertanggungjawaban

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Panjang Umur, Untuk Apa?

21 Juni 2019   17:36 Diperbarui: 21 Juni 2019   17:44 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pinterest.com/nikmahmud/ 

Siapa yang tak ingin berumur panjang? Manusia normal pasti berharap hidup di dunia selama mungkin. Tentu saja disertai dengan raga dan jiwa yang sehat serta bahagia. Beberapa film Mandarin mengangkat tema umur panjang tersebut. Film The Mummy yang dibintangi Jet Li adalah salah satunya. Film The Myth yang diperani Jacky Chan pun sama, tentang keinginan kaisar China yang terobsesi hidup abadi.

Beberapa waktu lalu ramai diberitakan sosok Mbah Harjo di Blitar, Jawa Timur, yang meninggal pada 22 Mei 2019 di usia 195 tahun, sebagian menyebutkan usianya 200 tahun. Tidak begitu jelas berapa usianya karena beliau lahir pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda. Namun demikian diyakini bahwa usia beliau adalah sekitar 200 tahun.

Pada catatan penduduk Kabupaten Blitar disebutkan beliau lahir pada tahun 1825, tetapi catatan tahun tersebut hanya perkiraan berdasarkan penjelasan Mbah Harjo, karena beliau sendiri juga tidak tahu pasti tahun lahirnya. Sejarah Perjuangan Indonesia menyebutkan bahwa tahun 1825 adalah tahun dimulainya Perang Diponegoro. Betapa sangat sepuhnya beliau yang sudah lahir ketika Pangeran Diponegoro masih hidup dan berperang melawan Belanda. Usia Mbah Harjo yang kurang lebih 200 tahun tersebut hampir sama dengan usia Nabi Ibrahim (Tafsir Ibnu Katsir). Ketika turun perintah sunat, usia Nabi Ibrahim 80 tahun dan 120 tahun berikutnya beliau melanjutkan dakwahnya, hingga kemudian beliau tutup usia pada umur 200 tahun.

Usia panjang dengan tetap sehat selalu dihubungkan dengan pola hidup dan pola makan yang benar dan sehat. Olahraga, makanan, pengendalian stres dan sebagainya adalah resep yang sering disarankan oleh para ahli kesehatan, dan sungguh resep-resep semacam itu adalah resep yang sangat berat untuk dijalani bagi kebanyakan orang saat ini.

Sebenarnya bukan soal panjangnya umur yang sering didambakan. Untuk apa berumur panjang tetapi sakit-sakitan. Atau umur panjang dan tidak terlalu sakit-sakitan, tetapi tidak merasakan kebahagiaan. Umur yang panjang hanya bermakna jika dibarengi dengan kesehatan yang baik, kebahagiaan, dan memberi manfaat bagi orang banyak.

Jika kita membayangkan diri masing-masing mencapai usia 85 tahun, misalnya, katakanlah Tuhan memberikan kita kesehatan yang cukup baik di usia itu. Lantas apa yang akan kita lakukan saat itu? Sekedar hidup duduk-duduk di kursi atau mondar-mandir setiap hari di halaman rumah atau di jalan sekitar rumah? Atau mungkin kita membayangkan saat itu masih rajin bersosial media? Usia setua itu biasanya tidak lagi memiliki teman sebaya, sehingga potensi untuk tidak bisa menikmati kehidupan akan semakin besar. Ada baiknya sejak usia 40-an kita sudah mulai mereka-reka skenario apa saja aktifitas yang akan dilakukan jika Tuhan benar-benar menganugerahi kita usia panjang.

Seorang kompasianer sesungguhnya memiliki peluang sangat baik andai berusia panjang seperti itu. Dia bisa menulis sebanyak mungkin menuangkan pengalaman dan pelajaran-pelajaran kehidupannya. Namun menulis saja tidak cukup. Stamina menulis harus dirawat dengan aktifitas lain. Jike memungkinkan dengan sebanyak dan sevariasi mungkin, misalnya jalan pagi dan olah raga ringan seperti senam manula. Berkebun kecil-kecilan memanfaatkan tempat-tempat kecil di sudut-sudut rumah juga bisa menjadi pilihan. Bagaimana dengan usaha atau bisnis, termasuk bisnis online? Sepertinya bukan pilihan mustahil. Momong cucu sebenarnya bukan pilihan, tetapi berinteraksi dan berbaur dengan anak, cucu, dan cicit sepertinya menjadi kebutuhan seorang kakek atau nenek usia 70 tahun ke atas.

Sebagian orang -bisa jadi kebanyakan- mengisi hari tuanya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan. Membaca kitab suci, mendengarkan ceramah dan khotbah, menulis materi-materi keagamaan, menonton tayangan-tayangan keagamaan, dan sebagainya.

Jika dia seorang muslim, ada baiknya memasukkan ke dalam daftar rencana aktifitas hari tuanya, target mengkhatamkan bacaan al Qur'annya, misalnya 2-5 kali khatam setiap bulan. Atau memurojaah (mengulang-ulang) dan menambah hafalan-hafalan Qurannya. Wacana menambah dan bila perlu menamatkan hafalan Qur'an di usia senja perlu dimunculkan sebagai aktifitas yang wajar untuk dilakukan.  Sangat logis bahwa menghafal al Quran meskipun di usia senja memberi dampak positif menguatkan fungsi otak, disamping juga menajamkan spiritual.

Dari sisi agama, pahala membaca al Quran pun termasuk pahala ibadah yang paling besar, bahkan meskipun yang membacanya tidak faham apa yang dibaca. Sebagaimana tuntunan Nabi, membaca al Quran yang dituntunkan adalah melafalkannya dengan suara, yang disebut dengan tilawah al Qur'an. Seperti itu pulalah nantinya di usia tua cara membaca al Qur'an. Jika diperlukan bisa disediakan tempat dan waktu khusus untuk melakukannya, misalnya di perpustakaan keluarga pada jam-jam tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun