Mohon tunggu...
Amien Laely
Amien Laely Mohon Tunggu... Administrasi - menyukai informasi terkini, kesehatan, karya sendiri, religiusitas, Indonesia, sejarah, tanaman, dll

menulis itu merangkai abjad dan tanda baca, mencipta karya seni, menuangkan gagasan, mendokumentasikan, mengarahkan dan merubah, bahkan amanah serta pertanggungjawaban

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lima Syarat Penulis Sukses Diajarkan Kompasiana

24 Oktober 2013   11:01 Diperbarui: 4 April 2017   17:58 8057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13825871181752210140

Alice Munro, Menjadi "The Great" Penulis setelah 82 tahun terus menulis

sumber foto

Satu semester menjadi ‘mahasiswa’ di ‘Universitas’ Kompasiana memberi pelajaran berharga kepenulisan. Boleh jadi Kompasiana tak pernah membeberkan dalam satu artikel tentang itu, tetapi karena setiap Kompasianer adalah ‘mahasiswa’ sekaligus ‘dosen’, maka setiap tulisan tentang kepenulisan adalah bagian dari matakuliah di ‘Kampus’ ini. Setidaknya pengalaman menuli, berkomentar, dan berteman di Kompasiana memberi pelajaran berharga cara menulis yang baik.

Ada 5 syarat yang ‘diajarkan’ oleh Kompasiana agar seseorang bisa menjadi penulis sukses, yaitu:

Pertama, Ketrampilan Menulis

Kegiatan tulis-menulis tentu saja mensyaratkan ketrampilan menulis. Bagaimana mungkin tulisan bisa dikatakan baik tanpa ketrampilan menulis, yaitu ketrampilan untuk mengungkapkan pikiran dengan untaian kata, rangkaian kalimat, dan susunan paragraph dalam tulisan.

Hanya saja yang perlu diketahui dan diyakini oleh setiap orang adalah bahwa ketrampilan menulis tidak muncul tiba-tiba. Ketrampilan tersebut harus dibangun dan ditumbuhkembangkan dengan aktifitas menulis yang tak mengenal bosan dan lelah.

Ada pula kekuatan bakat di sana, tetapi sekedar mengandalkan bakat tak cukup. Bakat tak pernah bisa mengalahkan latihan, namun latihan disertai bakat akan membuat seseorang menjadi “GREAT”, Sosok Penulis Besar.

Ketrampilan menulis itu buah dari latihan terus-menerus, bukan diwariskan, apalagi turun dari langit.

Kedua, Pengalaman

Jangan harap bisa menulis dengan baik jika tak punya pengalaman, namun siapa sih orang yang tidak punya pengalaman? Setiap orang hidup memiliki pengalaman yang unik, berbeda dari orang lain. Keunikan itulah kekuatan setiap orang untuk melahirkan tulisan yang baik.

Pengalaman adalah sisi kehidupan yang tak terbatas. Ada pengalaman bergaul, pengalaman spiritual, pengalaman berkelana, pengalaman hukum, politik, bahkan cinta dan horor, serta masih ada banyak lagi penglaman lain yang kesemuanya adalah sumber inspirasi tulisan.

Banyak orang mengatakan bahwa pengalamannya banyak, tetapi tak bisa menuliskannya. Itulah sebabnya dia harus mulai menulis, bahkan bisa jadi harus berawal dari sebuah kata yang paling buruk, lucu, dan aneh. Tidak apa-apa, memang seperti itulah yang benar. Lambat laun akan mudah menuangkan alam pikiran yang sangat hirup pikuk menjadi alam tulisan yang indah dan bermanfaat.

Ketiga, Pengetahuan Mendalam

Sebelum dan awal-awal bergabung di Kompasiana, saya sangat percaya diri bahwa saya bisa melahirkan tulisan yang baik. Satu demi satu tulisan saya unggah, dan saya baru tahu bahwa tulisan saya tidak berkualitas atau lebih tepatnya buruk. Ternyata selama ini saya hanya bermimpi bisa menulis dengan baik, tetapi tulisan saya ‘dangkal’. Penyebabnya setelah saya bandingkan dengan tulisan-tulisan bagus di Kompasiana adalah karena saya tidak cukup pengetehuan mendalam tentang topic yang saya tulis. Dari situlah saya paham maksud teori dan tips bahwa penulis itu harus spesialis di bidangnya, meskipun saya sampai saat ini tidak membenarkannya 100%, karena saya berfikir bahwa seseorang bisa menjadi multi spesialis jika mau dan disiplin kuat membangunnya. Dari situ pula timbul dorongan untuk membaca banyak referensi dan tulisan agar memiliki pengetahuan yang dalam sebagai bagian dari upaya melahirkan tulisan yang bagus.

Keempat, Wawasan Luas

Wawasan berbeda dengan pengalaman dan pengetahuan. Setidaknya begitulah menurut pendapat saya, karena wawasan adalah hasil sintesa pengalaman dan pengetahuan menjadi kesimpulan-kesimpulan. Daya kritis dan kejelian seseorang menjadi kunci agar wawasannya luas. Oleh karenanya, kecerdasan seseorang menjadi fondasi wawasannya. Penulis-penulis sukses didominasi orang-orang cerdas.

Namun Anda dan saya yang tidak begitu cerdas tak usah khawatir tidak bisa membuat Tulisan bagus dan menjadi penulis sukses, karena kecerdasan itu sebelas duabelas dengan bakat atau talenta. Latihan-latihan mensintesa dengan sering-sering berfikir dan menulis akan membuat kecerdasan kita terus tumbuh.

Paling-paling kita hanya akan tertinggal dengan orang-orang cerdas itu jika mereka melakukan hal yang sama banyak melakukan latihan seperti kita. Kalau sudah demikian, apa boleh buat, mereka akan berada di depan kita. Namun orang cerdas yang rajin seperti itu tidak banyak. Mereka biasanya merasa cukup dengan kecerdasannya yang melebihi kebanyakan orang. Jadi kita masih berpeluang menjadi penulis handal. Amin.

Kelima, Popularitas

Syarat kelima ini mirip dengan syarat pertama, harus dibangun. Memang benar ada banyak kasus beberapa penulis yang alih profesi, dari sosok terkenal non penulis menjadi penulis. Contoh dekatnya adalah Jusuf Kalla, Mantan Wapres. Kariernya di dunia bisnis dan politik telah masyhur, jika kemudian beliau menulis, sebagaimana sudah dilakukannya di Kompasiana, maka peluang untuk sukses sebagai penulis sangat besar. Popularitas memudahkannya untuk berhasil menjadi penulis, tentu saja jika syarat nomor satu terpenuhi.

Lantas bagaimana dengan orang-orang tidak terkenal seperti saya? Mau tak mau harus terus menulis dan menulis dengan konsisten dan menjadi yang lebih baik. Tulisan-tulisan yang semakin lama pasti semakin baik itu, -sekali lagi saya menyebut “semakin lama tulisan kita pasti semakin baik”- maka kitapun akan dikenal oleh banyak orang, dan nama kita akan semakin populer. Setelah itu, setelah nama kita semakin dikenal, maka setiap tulisan kita akan dipersepsi banyak orang sebagai tulisan yang layak dibaca karena (paling tidak dianggap) memiliki kekuatan dan bermanfaat bagi orang lain.

Jadi, yuk terus menulis, di Social Blog Kompasiana dan di forum lain tanpa lelah. Carilah 1001 alasan bahwa menulis itu mutlak harus dilakukan. Menulis itu 1) ibadah, 2) amal saleh, 3) ciri berperadaban, 4) aktualisasi diri, 5) asyik, 6) warisan abadi, 7) terapi kesehatan, 8) cara paling mudah menjadi pribadi bermanfaat bagi orang lain, 9) rekreasi, 10) jati diri, dan 11) peluang rejeki. Anda bisa menambahkan 990 alasan yang lain agar benar-benar mencapai 1001 alasan untuk terus menulis. SILAKAN!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun