Mohon tunggu...
Ami Diah Prihani
Ami Diah Prihani Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Diploma IPB

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Angkot Bogor Ladang Ngamen Anak Punk

25 April 2014   05:44 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:13 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

BOGOR, Kamis (27/03) – Pengguna transportasi umum layaknya angkot pasti sudah tidak heran lagi dengan keberadaan pengamen yang keluar masuk menyanyikan sebuah lagu. Namun ada yang berbeda di sudut lampu merah Tugu Kujang, Bogor.Anak punk seringkali terlihat mengamen di angkot-angkot yang berhenti disana. Biasanya mereka mengamen ketika kondisi jalan sedang ramai.

Alasan mereka mengamen dari satu angkot ke angkot lainnya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pengamen lain yaitu ingin mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhannya.Cara mereka mengamen hanya menggunakan tepukan tangan sambil bernyanyi dengan suara lantang. Namun penampilan anak punk yang berpakaian kusam, bertato, berpotongan rambut yang tidak biasa dengan tindik di kupingnya seringkali membuat penumpang angkot merasa takut. Beberapa penumpang terutama wanita, umumnya merasa khawatir dan resah bila anak punk mulai memasuki angkot-angkot untuk mengamen. Tingkah laku anak punk pun seringkali dinilai memaksa, seperti pernyataan Heni (21), salah satu penumpang angkot.

“Iya sih mengganggu banget soalnya bikin masyarakat resah aja dari penampilannya sama tingkah lakunya juga. Kalau yang udah-udah sih dari pengalaman temen-temen juga kadang suka melototin atau kalau enggak dia suka marah-marah nggak jelas” ujar Heni.

Namun ada pula penumpang yang merasa tidak terganggu sama sekali dengan keberadaan anak punk tersebut.

“Saya sih biasa aja. Kalau ada uang ya dikasih kalau enggak ya enggak. Udah gitu aja”ungkap Grace (78), salah satu penumpang lainnya.

Para supir angkot pun terkesan sudah biasa dan memaklumi saja keberadaan anak punk tersebut.

“ Ya menganggu pasti. Cuma ya gimana namanya juga usaha. Selama ini sih enggak pernah denger ngelakuin kejahatan. Ngamen aja sih biasa. Kalau hanya ngamennya nggak mengganggu nggak masalah” ujar Dedi (45), salah seorang supir angkot.

Keberadaan anak punk sendiri umumnya berkelompok sehingga kehadiran mereka tidak menetap disatu tempat saja. Mereka cenderung mengikuti arah kemana kelompok mereka pergi. Rata-rata mereka bukan hanya berasal dari Bogor tapi ada pula yang datang dari daerah lain disekitar Bogor seperti Jakarta.

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) seringkali melakukan razia untuk menertibkan keberadaan anak punk, kemudian menyerahkannya ke Dinas Tenaga Kerja dan Sosial. Disanalah anak punk tersebut dibina dan diberikan keterampilan seperti elektronik dan las. Upaya tersebut dilakukan sebagai salah satu solusi agar anak punk tidak mengamen tetapi mau memulai usaha sendiri karena sudah memiliki keterampilan. Sementara razia yang sering dilakukan memang tidak selalu efektif untuk menertibkan para anak punk tersebut. Anak punk bisa saja kembali ke jalan karena hal tersebut kembali lagi pada individu mereka masing-masing.

“Ya susah ya kalau dibuat kapok. Mereka itu emang begitu maunya. Pada dasarnya mereka itu bukan kriminal. Pemerintah solusinya hanya dengan memberi keahlian saja. Pemerintah sudah inisiatif. Jadi tergantung pada individunya sendiri” ujar Rojak, Kanid Propos Polisi Pramong Praja. (Ami Diah Prihani)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun