Mohon tunggu...
Ami Diah Prihani
Ami Diah Prihani Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Diploma IPB

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Kusangka

30 April 2014   14:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:02 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jakarta sore itu begitu hiruk pikuk. Terbayang bagaimana jauhnya perjalanan yang harus ditempuh Fanya untuk kembali menuju Bogor. Dua hari kemarin begitu terasa singkat buatnya. Sampai di Jakarta dengan modal nekat hanya untuk menuntaskan rasa penasarannya padaevent besar yang banyak diperbincangkan orang. Sore itu dia bingung. Banyak supir taksi yang menolak untuk mengantarkannya ke stasiun karena tidak mau terjebak macet. Bagaimana pun itu harus ada yang bisa segera mengantarkannya agar cepat pulang ke bogor. Fanya berusaha memutar otaknya dengan cepat. Fanya mencoba mengikuti nalurinya saja untuk naik bus kota yang lalu lalang menawarkannya ke stasiun. Beruntung, satu bus yang penuh sesak itu seketika kosong karena semua penumpang turun di satu tempat yang sama dengannya. Sialnya, Fanya lupa bahwa sore itu bertepatan dengan jam pulang kantor. Terlalu banyak orang berdiri di tepi rel, menunggu kereta dengan tujuan yang sama dengannya. Bisa ditebak pasti kereta itu akan jauh lebih sesak dari kemarin saat ia datang ke Jakarta. Saat kereta tiba, tergesa-gesa dirinya berlomba-lomba dengan yang lain. Fanya tahu pasti tidak ada satu pun orang yang mau mengalah agar ia bisa masuk lebih dulu. Fanya berdiri di dalam kereta itu. Jarak antara satu penumpang dengan yang lain hanya selebar bahu, bahkan saat itu kakinya sendiri pun tidak lagi dapat terlihat karena terlalu penuh sesak. Perjalanan Fanya benar-benar terasa panjang saat itu. Berdiri selama lebih dari dua jam dengan menggendong tas beratnya dan menjinjing beberapa kantong plastik. Melewati stasiun demi stasiun akhirnya keadaan gerbong mulai sedikit longgar. Sampai akhirnya tiba lah Fanya di stasiun terakhir yang ia tunggu-tunggu, Stasiun Bogor. Fanya berjalan keluar dengan langkahnya yang cepat tanpa memperdulikan orang-orang disekitarnya. Bayangannya saat itu hanyalah rumah. Iya, ia ingin segera sampai di rumah. Mengistirahatkan tubuhnya yang sedari kemarin tidak cukup tidur. Sampai di penghujung pintu keluar stasiun, ia menyadari tasnya terbuka dan entah sejak kapan dompetnya hilang. Sungguh Fanya tidak beruntung saat itu, sial menimpanya dua kali. Namun dari sana lah Fanya bisa mendapatkan pelajaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun