Dengan kata lain, jika jumlah barang lain (barang tidak termasuk tebus murah) yang dibeli di bawah jumlah yang sudah ditentukan, konsumen tidak boleh membeli barang tersebut.
Kemudian ada lagi strategi promosi tebus murah yang barangnya diletakkan di meja kasir, dengan maksud pada saat konsumen mau membayar barang-barang yang dibelinya, setelah kasir melihat angka atau mengkalkulasi jumlah barang-barang yang dibeli sudah memenuhi syarat/ketentuan untuk membeli/memperoleh barang tebus murah, baru kasir menawarkan pada konsumen, "bapak/ibuk/mbak/mas/adik tidak mau menambah barang ini itu, ini tebus murah lho."
Nah, disinilah konsumen mulai tergoda, mulai terhipnotis, beli atau tidak yah!. Biasanya harga barang tebus murah tersebut memang murah atau memang harganya lebih rendah atau harga miring dibandingkan dengan barang yang sama dengan harga normal.
Biasanya, ada konsumen yang "tanpa pikir panjang", langsung mengiyakan, "ya saya beli juga barang ini dan itu", ada juga konsumen yang menolak, "tidak mbak, saya hanya membeli barang-barang ini dan itu (barang yang harga normal yang sudah diambilnya pada etalase) saja kok."
Bila diperhatikan, bagi konsumen yang hanya mengandalkan emosi, ia akan tergoda dan langsung membeli atau langsung menebus barang tebus murah tersebut.
Bagi konsumen yang rasional, ia masih menimbang-nimbang uang atau anggaran belanja yang sudah direncanakan. Jika uang atau anggarannya hanya cukup untuk membeli barang-barang yang sudah diputuskan untuk membelinya, maka konsumen tersebut tidak membeli atau tidak mengambil barang tebus murah tersebut.
Tidak Semua Mengambil/Menebus.
Strategi promosi yang menggunakan kata-kata atau konten tebus murah tersebut, merupakan konten yang "pas".
Pemilihan kata-kata atau konten tebus murah tersebut mengindikasikan bahwa semua konsumen yang akan berbelanja pada ritel modern yang melakukan strategi promosi tebus murah tersebut, diberikan kesempatan untuk mengambil/menebus barang tebus murah tersebut, asal konsumen sudah dapat memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh pihak ritel modern tersebut.
Jika konsumen yang satu tidak memanfaatkan atau tidak mengambil/menebus barang tebus murah tersebut, artinya barang tebus murah yang ditawarkan pada konsumen tersebut, akan ditawarkan kepada konsumen lainnya atau akan ditebus oleh konsumen lain yang sudah memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh pihak ritel modern.
Kondisi Lapangan.
Menyikapi fenomena strategi promosi tebus murah yang dilakukan oleh pihak ritel modern tersebut, ternyata tidak sedikit konsumen yang tergoda alias membeli/menebus barang tebus murah tersebut. Fenomena ini sering kita jumpai pada saat kita antri depan kasir untuk membayar barang-barang yang kita beli.
Saya pernah menyaksikan, konsumen yang sudah membeli barang-barang ini dan itu salah satunya ada "air mineral botol merek tertentu". Pada saat di kasir, konsumen tersebut ditawari, "mas beli air mineral botol merek ini saja, harganya lebih murah kok", memang 20 persen harganya lebih murah dari merek air mineral botol yang sudah dibeli (sudah ditangan) konsumen tersebut. Ternyata, godaan kasir mengena, konsumen tersebut batal membeli air mineral merek tertentu tersebut yang sudah diambilnya pada etalase, ia beralih membeli air mineral merek lain (sebagai bagian dari barang tebus murah) yang ada di meja kasir.