Oleh Amidi
Secara umum sudah menjadi kelaziman, jika dalam diri konsumen terpatri prilaku yang menghendaki harga yang serendah-rendahnya atau harga miring atau harga murah dalam berbelanja.
Berbagai langkah yang bisa ditempuh atau dilakukan konsumen dalam memburu suatu produk yang harganya lebih rendah atau harga miring atau  harga murah tersebut, bisa mencari suatu produk diskon atau program "sale", dan lainnya.
Bagi konsumen yang akan membeli barang kebutuhan pokok atau kebutuhan sehari-hari, konsumen bisa berbelanja pada pasar induk. Pasar induk secara sederhana dapat diartikan pasar rakyat yang berkapasitas besar.
Ada yang mengartikannya,  suatu  pasar utama yang berfungsi sebagai pusat distribusi barang, khususnya hasil pertanian, dari produsen ke pedagang lain atau konsumen akhir. Pasar induk biasanya lebih besar dan menjual barang secara grosir atau dalam junlah bear dan juga secara eceran. (lihat ringkasan AI)
Di Palembang pasar induk berlokasi di kawasan Jakabaring suatu kawasan pengembangan Kota Palembang, yang tidak jauh dari lokasi pusat olah raga  "Jakabaring Sport Centre". Kalau tidak salah,  di Jakarta ada pasar induk Senen Jakarta Pusat , di Surabaya ada pasar induk Surabaya Sidotopo, di Medan ada pasar induk Medan Tuntungan dan seterusnya.
Â
Pasar Tradisional VS Pasar Induk.
Selama ini konsemen sudah sangat familiar dengan pasar tradisiona;, karena terdapat dimana-mana dan memang lebih dahulu ada. Pasar tradisional mayoritas tempat berbelanjanya emak-emak tersebut, sudah tersedia dan sudah dikenal anak negeri ini sejak lama, namun pasar induk boleh masih  terbilang baru, masih dalam hitungan waktu belum terlalu lama untuk kota-kota tertentu. Di Palembang, pasar induk Jakabaring baru dingan tahun 2001 dan beroperasi tahun 2024. Berdasarkan historis penempatan pedagang di pasar induk Jakabaring, pemerintah sedikit mengalami hambatan, karena awalnya sebagian besar pedagang yang ada di pasar tradisional tidak mau menempati atau tidak mau pindah ke pasar induk Jakabaring tersebut.
Berbagai alasan yang mereka lontarkan, ada yang beralasan masih  sepi, ada yang beralasan konsumen nanti tidak mau berkunjung kesana, karena konsumen sudah terbiasa  berkunjung ke pasar tradional yang sudah ada.
Berkat kesigapan pemerintah dan dibantu oleh pihak-pihak yang peduli, termasuk saya meyakinkan pedagang melalui suatu artikel yang saya tulis di Sriwijaya Post Palembang. Singkat kata, para pedagang akhirnya mau pindah dan menempati petak/los/kios yang disedikan pemerintah di pasar induk Jakabaring tersebut.
Jika di pasar tradisiomal, para pedagang sebagain besar hanya menggelar barang dagangan untuk dijual secara eceran (ritel) saja, namun di pasar induk Jakabaring dan pasar induk lainnya yang ada di negeri ini selain menjual barang dagangan mereka secara eceran juga menjual dengan partai besar atau  grosir.
Jika di pasar tradisional para pedagang menjual atau mengelar barang dagangannya  dengan terbatas waktu, misalnya dari pagi hari hingga siang hari, terutama untuk barang dagangan  sembilan bahan makanan pokok, Namun, di pasar induk para pedagang menjual atau menggelar barang dagangannya mulai pajar bahkan mulai larut malam sampai siang hari.Â
Â
Harga Bisa Lebih  Murah !
Para pedagang yang menjual barang dagangannya di pasar induk, secara umum  biasanya menawarkan barang dengan harga yang lebih rendah atau murah dibandingkan dengan pasar tradisonal yang ada. Sehingga, emak-emak atau konsumen yang berbelanja di pasar induk akan bisa lebih hemat dibadingkan bila konsumen berbelanja di pasar tradisional pada umumnya.
Betapa tidak, selain para pedagang yang ada di pasar induk kebanyakan menjual barang dengan partai besar atau grosir, Â mereka juga menjual secara eceran.Â
Secara teori ekonomi sederhana, jelas harga barang yang mereka tawarkan akan lebih rendah atau murah dibandingkan dengan harga barang di pasar tradsional yang para pedagangnya menjual barang dalam partai terbatas atau dalam jumlah tertentu saja. Apalagi para pedagang yang ada pada pasar induk tersebut, walaupun ia menjual barang secara eceran, harga barang tersebut disamakan mereka dengan harga barang bila dibeli dalam partai besar.
Kemudian, konsumen juga akan bisa memperoleh barang-barang yang akan dibelinya dengan harga yang lebih rendah atau lebih murah lagi, terutama bagi konsumen yang bisa mensiasatinya.
Contoh, pada saat saya menemani istri berbelanja di pasar Induk Jakabaring Palembang, saya sempat mencermati harga suatu barang, misalnya wortel. Saya mencoba menelusuri perkembangan penetapan harga wortel yang ditetapkan oleh seorang pedagang. Saya bertanya, "mas berapa wortel, eh saya tidak jadi melanjutkan pertanyaan tentang harga, karena saya lhat sudah ada tulisan di kertas yang diletakkan di atas wortel yang terhampar sebesar Rp. 6.000 per kg. Â
Begitu saya dalami, pedaganag itu berujar, "pak  Rp. 6.000,- per kg saya tetapkan karena sudah di atas pukul 8  WIB", sebelumnya pada  pukul 5 WIB  pajar tadi  hingga pagi tadi,  harga wortel  saya tetapkan sebesar Rp. 9.000 per kg. Lebih lanjut ia berujar, jika di atas pukul 9  WIB sampai saya tutup siang nanti wortel belum habis juga, harga wortel ini saya turunkan lagi menjadi Rp. 5.000,- per kg.
Dari fenomena ini, menunjukkan bahwa konsumen bisa saja membeli dengan harga lebih murah lagi, asal tahu prilaku penjual dalam menetapkan harga tersebut. Dengan kata lain, bila konsumen akan memperoleh barang dengan harga yang lebih murah lagi, konsumen bisa berbelanja lebih siang atau sekitar pukul 8 WIB Â ke atas.
Memang dari sisi kualitas barang sedikit berbeda dengan barang yang dijual pedagang pada awal buka atau pada awal menggelar barang dagangannya. Misalnya, wortel tersebut ukurannya sudah tidak ada lagi yang panjang dan besar seperti wortel pada saat awal pedagag menggelar barang dagangannya, karena ukuran tersebut sudah di ambil atau sudah di beli konsumen yang lebih dahulu datang.
Namun, Â dari sisi kualitas sebenarnya konsumen bisa saja mendapatkan kualitas yang sama dengan konsumen yang datang atau yang memebeli lebih dahulu, asal konsumen bisa memilih barang yang akan dibeli-nya.
Bayangkan saja, jika konsumen atau emak-emak dapat menghemat satu unit barang sekitar 30 persen saja, maka berapa besar konsumen atau emak-emak sudah dapat mengemat pengeluaran berbelanja untuk beberapa banyak unit barang yang akan di beli.
Dalam menyikapi fenomena ini, terkadang ada  konsumen atau emak-emak yang sengaja berkunjung atau berbelanja ke pasar induk lebih siang atau dalam hitungan perjalanan sampai ke pasar induk sekitar pukul 8 WIB an, agar bisa berhemat.
Misalnya, ada keluarga saya, setiap pagi minggu mereka ber-olah raga terlebih dahulu, setelah usai ber-olah raga, baru mereka bertolak menuju pasar induk Jakabaring. Pada pukul  6  sampai 8  WIB, mereka berolah raga terlebih dahulu dikawasan Kambang Iwak Besak suatu kawasan tempat olah raga, melakukan jogging dan senam, setelah selesai dari sana, baru mereka bertolak menuju pasar induk jakabaring yang jarak tempuhnya dari lokasi olah raga ke pasar induk sekitar hitungan waktu lebih kurang 15 menit.
Dalam hal ini,  mari  kita berlomba-lomba untuk menjadi konsumen yang cerdas, konsumen yang rasional dan konsumen yang selalu mengutamakan kebuthan ketimbang keinginan, agar kita bisa berhemat dan bisa memperoleh kepuasan dalam ber-belanja. Semoga!!!!!!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI