Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... bidang Ekonomi

Penceèdas Bangsa dan Pengamat Ekonomi Sumatera Selatan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Ritel Tradisional Perlu Dibina agar Bisa Bertahan!

2 Juni 2025   06:59 Diperbarui: 7 Juni 2025   13:53 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga berbelanja di warung madura "Barokah" yang berada di kawasan Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (10/11/2022). (KOMPAS/RADITYA HELABUMI (RAD))

Oleh Amidi

Di tengah hirup pikuknya persoalan perekonomian yang muncul, tidak sedikit pelaku bisnis yang bergerak di bidang ritel modern sudah menutup unit bisnisnya. Namun, walaupun pasar sepi yang dirasakan pelaku bisnis akhir-akhir ini, unit bisnis kecil termasuk ritel tradisional atau warung rakyat masih ada yang bertahan dan tetap eksis.

Mereka yang masih tersisa dan atau bertahan tersebut, tidak bisa dibiarkan begitu saja, mereka tidak bisa kita biarkan berjuang sendiri. Mereka harus dibina, dibantu, dan dijaga agar tetap eksis.

Warung Rakyat.

Usaha kecil yang bergerak di bidang perdagangan, usaha kecil yang bergerak di bidang ritel tradisional atau warung rakyat, usaha kecil yang bergerak di bidang kuliner, usaha kecil yang bergerak di bidang industri, usaha kecil yang bergerak di bidang jasa dan lainnya, saat ini tidak sedikit mereka dalam posisi "hidup segan mati tak mau", jalan ditempat, asal bertahan, hanya bisa menghidupi diri sendiri, dan atau hanya bertahan untuk menghabiskan stok yang mereka miliki dalam persiapan untuk tutup.

Terlebih lagi ritel tradisional atau warung rakyat. Tidak sedikit warung rakyat yang sudah tutup karena gempuran ritel modern, karena gempuran usaha perdagangan eceran skala besar yang ditopang dengan modal yang kuat. Mereka kini tinggal kenangan, tinggal papan nama usaha saja, mereka lenyap tanpa meninggalkan jejak ditelan pesaing yang begitu dahsyat.

Kini bila di simak, terkadang di sekitar tempat tinggal kita, warung rakyat ini masih tersisa dengan hitungan jari, kalau pun mereka masih bertahan, mereka lebih banyak "termangu" menunggu kedatangan konsumen atau pembeli. 

Tidak heran, jika penjaga warung sering tertidur di warungnya, karena sepi pembeli. Kalau ada yang berkunjung atau mampir, paling-paling membeli sebatang rokok atau membeli sepucuk makanan ringan atau se shaset bumbu dapur.

Keberadaan mereka terkadang sudah tidak diperhitungkan lagi oleh konsumen, mereka hadir antara ada dan tiada. Tidak jarang, konsumen atau masyarakat yang akan berbelanja kebutuhan pokok sehari-hari, hanya melintas dan melewati warung rakyat untuk menuju toko atau gerai ritel modern yang ada disampingnya atau di depannya atau disebelahnya.

Inilah fenomena yang terjadi! Inilah fakta yang ada! Dari hari ke hari, pemandangan yang demikian, terus mewarnai belantika ritel tradisional atau warung rakyat tersebut. Apa mau di kata, hanya doa dan harapan kepada konsumen untuk sedikit peduli dengan mengunjungi atau berbelanja pada warung rakyat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun