Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... bidang Ekonomi

Penceèdas Bangsa dan Pengamat Ekonomi Sumatera Selatan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Pelaku Bisnis "Pasrah" Menghadapi Kondisi Pasar Saat Ini?

16 Mei 2025   14:35 Diperbarui: 17 Mei 2025   07:14 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual di Tanah Abang sampaikan alasan sepi pembeli karena lemahnya ekonomi Indonesia.(Rachel Farahdiba R)

Seperti disalah satu kawasan yang terbilang ramai dan masih termasuk daerah pusat kota, dekat pemukiman penulis. Di kawasan tersebut, terdapat beberapa unit bisnis makanan siap saji, terdapat beberapa unit bisnis es krim, terdapat beberapa unit bisnis perdagangan baju, terdapat beberapa unit bisnis elektonik (handphone dan lainnya), terdapat beberapa unit bisnis kuliner modern yang kesemuanya sudah terkenal. Sehingga, antar mereka timbul persaingan ketat, mereka mau mundur, sudah terlanjur menyewa toko/tenant, mau keluar pasar alias tutup, investasi yang dikeluarkan cukup besar. Timbul "buah simala kama".

Karena kondisi perekonomian akhir-akhir ini diwarnai oleh dinamika dan fenomena yang mulai "mengusik" kondisi perekonomian yang terus kita bangun tersebut.

Apalagi bila kita senantiasa mengedepankan aspek politis ketimbang aspek ekonomi. Apalagi bila kita lebih menonjolkan kepentingan pribadi dan kelompok kita ketimbang kepentingan umum dan atau publik. Sederhana saja, bahwa pelaku bisnis dengan kepentingan bisnisnya, perlu suatu kondisi yang stabil dan kondusif. Mereka perlu ketenangan dalam mejalankan bisnisnya, mereka perlu kepastian dalam menjalankan bisnisnya.

Pelaku bisnis terusik alias terganggu, bila kondisi gonjang-ganjing ini terus berlanjut. Tidak heran, jika ada sebagian pelaku bisnis yang pasrah dengan kondisi pasar saat ini atau mereka pasrah saja dengan situasi akhir-akhir ini yang mulai "mengusik" pasar. Kata "PASRAH" merupakan suatu kata yang lebih mudah untuk dilontarkan, ketimbang megeluh dan menggerutu.

Stop Gonjang-ganjing!

Beberapa bulan belakangan ini, negeri ini dihadapkan pada suatu kondisi gonjang-ganjing. Publik bertanya, mengapa terjadi kondisi kisruh? Apa yang membuat persoalan tersebut semakin rumit?, Kapan gonjang-ganjing ini akan berakhir?, dan berbagai pertanyaan lain yang mereka lontarkan.

Idealnya kita bisa menahan diri, kita bisa saja mengalah untuk menang, kita bisa saja mendorong kondisi adem, kondusif, dan kita bisa saja menyelesaikan persoalan sederhana tersebut.

Dalam menyelesaikan gonjang-ganjing dan atau kekisruan akhir-akhir ini, memang harus ada tangan besi yang bisa memberi pencerahan dan memberi ketenangan serta dapat menyelesaikan secara tuntas permasalahan yang sedang berkembang.

Namun, sayang tangan besi tersebut, belum muncul, mungkin masih "dipingit" atau mungkin pemilik tangan besi tersebut masih menimbang-nimbang terlebih dahulu. Tetapi yakinlah bahwa kondisi sebenarnya sudah segera menghendaki kehadiran tangan besi tersebut. Selain kita ber doa kepada Tuhan Yang Masa Esa agar ganjang-ganjing segera berakhir.

Pelaku Bisnis Pasrah?

Pelaku bisnis yang merupakan orang yang selalu berpikir praktis namun logis, mereka sebenarnya sederhana saja, yang penting bagi mereka pasar aman, transaksi lancar, kondisi kondusif dan stabil, dan tercipta profit. 

Namun, bagaimana mereka mau menciptakan profit, jika pasar cenderung sepi, jika kondisi perekonomian dirasakan sulit oleh kalangan tertentu, terutama kalangan kelas ekonomi menengah ke bawah. Hal ini ditandai oleh turunnya daya beli, dan diperkuat oleh adanya deflasi beberapa bulan terakhir ini.

Tidak sedikit dikalangan pelaku bisnis yang menggerutu, kini susah mencari uang, kini tidak mudah menawarkan produk ke pasar, kini tidak bisa mempertahankan omset yang sudah dicapai pada waktu-waktu sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun