Â
Kedua. Adanya kecendrungan harga-harga barang yang terus meningkat, dari bulan Ramadhan ke bulan Ramadhan berikutnya. Kondisi ini, jauh sebelum tibanya bulan Ramadhan saja, harga-harga terus mengalami kenaikan, ditambah lagi kenaikan harga sepanjang bulan Ramadhan. Sehingga, tidak heran jika daya beli masyarakat cendrung turun, ditambah lagi pendapatan konsumen atau masyarakat  konstan dan kalau pun ada kenaikan, persentase kenaikan pendapatan tidak sebanding dengan persentase kenaikan harga-harga barang.
Ketiga. Sudah mulai ada kejenuhan. Bila di simak dari bulan Ramadhan ke bulan Ramadhan berikutnya, Â prilaku konsumen atau masyarakat berbelanja, terus mengalami penyesuaian atau perubahan. Jika jauh sebelumnya, mereka lebih menonjolkan aspek prikologis ketimbang aspek ekonomi atau pertimbangan uang yang mereka miliki, namun saat ini (bulan Ramadhn ini), ada kecendrungan konsumsen sudah mulai mengedepankan pertimbangan aspek ekonomi ketimbang menonjolkan aspek psikologis.
Konsumen  berbelanja, memang sudah mempertimbangkan atau mengedepankan aspek kebutuhan dan kemampuan yang ada pada mereka. Sepintas, tidak  terlihat semarak konsumen berbelanja dalam kapasiatas besar atau memborong, mereka berbelanja biasa-biasa saja, mereka memenuhi kebutuah akan lebaran apa adanya, di ruangan publik tidak terlihat semarak mobil mengangkut perobaot rumah tangga yang dibeli konsumen untuk kebutuhan pada hari "H" lebaran, kalau ada, hanya satu dua saja.
Keempat. Layanan bisnis digital. Digitalisasi dalam bisnis, sepertinya termasuk salah satu faktor yang menyebabkan pelaku bisnis konvensional pasca bulan Ramadhan sudah tidak bergairah lagi melakoni bisnis-nya. Konsumen atau masyarakat sudah beralih, sebelumnya mereka bebelanja secara tradisonal atau konvensional, kini mereka berbelanja sudah menggunakan sistem digital, mereka berlomba-lomba memburu bisnis digital atau online.
Â
Bagaimana Menyikapinya?
Dalam menyikapi penurunan "gairah bisnis" dikalangan pelaku bisnis pasca bulan Ramadhan tersebut, baik pelaku bisnis dadakan pada bulan Ramadhan, maupun pelaku bisnis yang sudah lama eksis tersebut, maka perlu ada beberapa langkah yang harus dilakukan.
Pertama. Pelaku bisnis harus menyesuaikan pola atau model bisnis yang harus mereka jalankan. Jika  selama bulan Ramadhan mereka berkutat dengan sistem  konvensional, maka pasca bulan Ramadhan  ini setidaknya mereka harus menyesuikan dengan kondisi pasar, tidak salah mereka harus melakukan bisnis dengan sistem  digital atau online juga. Mungkin pada bulan Ramadhan, pelaku bisnis dadakan tersebut ramai memadati tepian jalan, gang-gang atau ruang-ruang publik, mungkin pasca bulan Ramadhan ini, pelaku bisnis tetap mempertahankan bisnisnya cukup di rumah saja namun dengan sistem  digital atau online.
Hanya perlu promosi yang gencar. Promosi tidak harus mengeluarkan dana yang besar, kita bisa melakukan promosi dengan biaya kecil,  promosi melalui media sosial yang ada. Dimana saja lokasi bisnis yang kita lakoni, jika konsumen atau masyarakat sudah tahu lokasi tersebut, mereka akan menjangkaunya atau mereka tetap bisa memesan dengan  hanya memencet tombol HP nya, beberapa saat setelah itu barang akan datang ke rumah mereka.
Kedua. Pelajari apa mau nya konsumen.  Kini konsumen dengan semakin mudahnya  mengakses informasi, mereka dengan mudah mengikuti tren yang sedang berkangsung. Misalnya, dikalangan pelaku bisnis makanan/minuman, saat ini tidak sedikit yang menawarkan makanan/minuman kesukaan konsumen negara tetangga. Misalnya makanan ringan dengan  gaya masakan Jepang, masakan Cina, Timur Tengah  dan sebagainya.
Nah! para pelaku bisnis makanan/minuman mau tidak mau harus mengikutinya, jika tidak, maka kita akan ketinggalan.