Pemerintah berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan memastikan nilai valas tetap terjaga dan Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan Kabinet Merah Putih untuk melakukan langkah strategis dan perbaikan struktural serta kebijakan  Deregulasi yaitu penyederhanaan regulasi  dan penghapusan regulasi yang menghambat khususnya terkait dengan Non-Tarrif Barrier.
Dampak Bagi Ekonomi.
Diketahui bahwa produk yang dominan dijual atau di ekspor ke AS tersebut berupa produk otomotif dan elektronik, selain itu beberapa produk yang juga banyak di jual atau di ekspor ke AS yakni  alas kaki, produk karet, furniture, produk makanan dan minuman olahan dan minyak kelapa sawit.
Dengan adanya kebijakan pengenaan Tarif Trump untuk Indoensia tersebut, maka,  misalnya, produk otomotif  bakal mengalami penurunan permintaan di AS, karena dengan adanya kebijakan Tarif Trump tersebut, konsumen AS  jelas akan menanggung tarif dengan harga pembelian kendaraan yang lebih mahal yang menyebabkan penjualan kendaraan bermotor turun di AS.
Kemudian pengamat otomotif menyatakan bahwa  produsen otomotif Indonesia tidak semudah itu bisa "shifting ke pasar domestik", karena spesisikasi kendaraan dengan yang di ekspor  berbeda.
Begitu juga dengan produk elektronik, tekstil dan lainnya tersebut. Bila di simak dari harga yang akan berlaku di pasar AS, harga  produk-produk tersebut akan mengalami kenaikan, yang pada akhirnya akan menekan daya beli konsumen di AS. Dengan demikian aktivitas produksi di dalam negeri  akan mengalami penurunan.
Jika volume produksi dalam negeri atas produk-produk tersebut mengalami penurunan, maka dampak negatif berikutnya akan terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang akan menyebabkan pengangguran dalam negeri akan terus bertambah.
Tidak hanya itu, dengan adanya  kebijakan pengenaan Tarif Trump tersebut, maka akan menimbulkan dampak ikutannya. Misalnya, akan adanya pelemahan saham, akan adanya pengurasan devisa, akan terjadi pelemahan terhadap nilai tukar rupian dan akan adanya dampak kenaikan harga di dalam negeri (inflasi), walaupun tidak secara langsung.
Pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi, beberapa pengamat dan para ahli ekonomi sudah mewanti-wanti akan terjadi pelemahan terhadap pertumbuhan ekonomi, terutama pertumbuhan ekonomi pada kuartal ke IV 2025 ini.
Ada yang mensinyalir bahwa adanya korelasi ekonomi Indonesia dan AS dengan persentase  1 persen penurunan pertumbuhan ekonomi AS maka ekonomi Indonesia turun 0,08 persen. (lihat CNN Indonesia.com, 4 April 2025).
Tidak hanya itu, dengan adanya kenaikan harga produk Indonesia di AS berarti produk-produk Indonesia yang  di ekspor ke AS tersebut akan dijual kembali ke dalam negeri, yang mendorong harga produk-produk tersebut mengalami kenaikan.Â
Hal ini akan mendorong produk dari negara-negara lain yang bisa lebih efisein akan berbondong-bondong masuk. Misalnya produk tekstil dari Cina, Vietman dn lainnya.