Oleh Amidi
Setiap tangggal 20 Mei di Negeri ini diperinati "Hari Kebangkitan Nasional", pemuda harus bangkit ". Dalam hal ini ada suatu ungkapan yang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga adalah pemuda merupakan tulang punggung bangsa. Masa depan bangsa ada di tangan pemuda.
Pernyataan tersebut harus diimplementasikan dalam berbagai dimensi, termasuk dimensi pemuda sebagai pelaku bisnis, yang ikut memberikan kontribusi bagi perekonomian negeri ini.
Bila disimak, tidak sedikit pemuda yang melakoni bisnis, baik di kalangan pemuda yang memang sengaja menghidmatkan diri dalam dunia bisnis, maupun pemuda yang tengah menuntut ilmu dan atau pemuda yang sudah memasuki dunia kerja, tetapi pemuda tersebut juga melakoni suatu bisnis.
Berdasarkan data BPS, pada Pebruari 2024 ada sekitar 56,56 juta orang yang melakoni bisnis atau berwirausaha di negeri ini, setara 37,86 persen dari angkatan kerja nasional yang totalnya 149,38 juta orang. Populasi pelaku bisnis atau wirausaha negeri ini mayoritasnya masuk kategori pemuda dengan jumlah 51,55 juta orang atau 34,51 persen dari total angkatan kerja (databoks.katadata.co.id)
Memang jumlah penduduk yang berbisnis di negeri ini masih jauh dibandingkan dengan negara maju, namun dengan adanya pemuda yang melakoni bisnis sebanyak itu, sudah merupakan suatu kemajuan yang patut diperhitungkan, sehingga tidak berlebihan kalau kita berikan apresisasi kepada pemuda terus bangkit yang melakukan bisnis tersebut.
Kontribusi Pemuda.
Dengan adanya pemuda melakukan bisnis, apa pun bidang bisnis yang ditekuninya, berarti pemuda-pemuda tersebut sudah memberikan kontribusi terhadap dirinya sendiri, keluarga, bangsa dan negara. Betapa tidak?Â
Dengan pemuda-pemuda tersebut melakukan bisnis, maka pemuda-pemuda tersebut telah menciptakan pendapatan, menciptakan nilai tambah (value added) atas proses dari suatu bahan baku, dari suatu produk dan atau dari suatu barang dan jasa yang diperjual belikan.
Dengan demikian, pemuda-pemuda tersebut pada saatnya akan memperoleh penghasilan/pendapatan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga dan pada akhirnya akan mendorong peningkatan pendapatan suatu daerah di mana pemuda-pemuda tersebut bermukim, bahkan lebih jauh lagi pemuda-pemuda tersebut akan mendorong peningkatan pendapatan negeri ini.
Tidak hanya itu, dengan adanya pemuda-pemuda melakukan bisnis, maka akan ada multiplier effect dan dampak ikutannya. Pemuda-pemuda tersebut sudah dapat berpartisipasi dalam menekan angka pengangguran, dapat menciptakan kondisi yang kondusif, dapat memberikan contoh dan motivasi bagi pemuda lainnya agar melakukan hal yang sama, dan yang lebih penting adalah mereka sudah dapat berbartisipasi dalam memajukan negeri ini.
Motivasi Internal.
Bila dicermati, dalam melakukan bisnis tersebut, harus ada unsur motivasi dan atau dorongan, terutama dorongan dari diri sendiri. Jika dorongan yang timbul tersebut datangnya dari pihak eksternal atau dari luar diri mereka, maka bisnis yang mereka jalankan tidak "langgeng". Baru saja membuka suatu unit bisnis, tidak lama kemduian sudah berhenti alias tutup.
Untuk itu pentingnya motivasi yang timbul dari diri sendiri. Pemuda dalam menjalankan bisnis harus ada motivasi dari diri sendiri. Seperti yang pernah saya alami, anak saya masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD), pada saat itu, ia mulai tertarik untuk melakukan bisnis.Â
Diam-diam, ia melakukan bisnis kecil-kecilan, ia membeli kertas folio dalam jumlah banyak (satu bal) untuk dibawah ke sekolahnya, saya kaget, saya bertanya; "nak" untuk apa membeli kertas folio dalam jumlah banyak, ia menjawab, "pa" kertas folio ini akan saya jual dengan kawan sekelas, biar kawan-kawan tidak perlu membeli ke luar, tidak perlu keluar kelas.Â
Saya sempat "terharu" dengan jawaban anak saya tersebut, kaget bercampur haru, dalam hati saya, anak saya ini sudah tumbuh jiwa bisnis dalam dirinya.
Seiring dengan bergulirnya sang waktu, eh, bisnis kecil-kecilan yang dilakukannya ternyata terus berjalan, pada saat ia sudah di Perguruan Tinggi, ia tetap melakoni bisnis tersebut, namun beralih bidangnya, pada saat ia sudah kuliah, ia melakukan bisnis farpum dengan sistem penjualan online.Â
Singkat cerita pada saat ia sudah tamat dan sudah bekerja pun ia melakukan bisnis kembali dengan bidang yang lain, ia melakukan bisnis menjual lukisan hasil dari melukis sendiri.
Dari fenomena ini, dapat dipetik suatu pelajaran, bahwa bisnis memang harus dilakukan dengan landasan motivasi terlebih motivasi dari diri sendiri, karena jiwa bisnis akan tumbuh, di mulai dari sedini mungkin seseorang terdorong untuk melakukan bisnis itu sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita saksikan, tidak sedikit pelaku bisnis dikalangan pemuda atau pebisnis pemula, dalam melakukan bisnisnya karena dorongan atau karena ada motivasi dari luar atau dari orang lain.Â
Misalnya, karena ia belum mempunyai pekerjaan atau belum bekerja alias masih menganggur , sehingga ia didorong oleh orang tua nya agar melakukan bisnis dari pada "menganggur", entah hanya membuka toko atau warung kecil-kecilan, entah menjadi pedagang eceran di kaki-lima (K-5), yang penting ia harus memperoleh penghasilan atau pendapatan.
Nah, biasanya, pemuda-pemuda yang melakukan bisnis akibat adanya motivasi dari luar atau dari orang lain, bisnis yang dilakoninya tidak bertahan lama. Mengapa? Karena ia melakukan bisnis terkadang lebih banyak unsur terpaksanya ketimbang unsur kesadaran atau tumbuh dari jiwanya.
Tersulah Bangkit!
Dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional kali ini, tidak berlebihan kalau saya mengajak pemuda-pemuda untuk terus berjuang dalam mengisi pembangunan yang terus digulirkan di negeri ini.Â
Apa pun aktivitas yang akan kita lakukan, yang penting, kita telah dapat memberikan kontribusi kepada negeri ini baik kontribusi yang berhubungan dengan nilai uang atau kontribusi yang berhugungan dengan nilai non materi, seperti kontribusi pemikiran dan lainnya.
Bila pemuda-pemuda tersebut, berkontribusi terhadap negeri ini dengn menekuni kegiatan bisnis, maka teruskan kegiatan bisnis tersebut. Lakonilah kegiatan bisnis tersebut dengan baik, tumbuhkan jiwa bisnis yang mumpuni, kelola bisnis dengan profesional, tanamkan dalam diri bahwa kita akan terus maju, dan berkembang.
Hadapi persaingan dengan terus melakukan inovasi dalam berbisnis. Pelajari perilaku konsumen, simak kondisi pasar, dan antisipasi berbagai kendala yang akan menerpa, serta harus yakin bahwa kita mampu memenangkan persaingan yang semakin ketat seiring dengan banyaknya pendatang baru masuk pasar (free entry) dan ditengah semakin derasnya arus globalisasi yang menuntut kesiapan dari segala aspek. Mari Kita Terus Bangkit!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI