Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan.Bisnis Universitas Muhamadiyah Palembang

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Beberapa Kegiatan Ekonomi Menimbulkan Pemborosan SDA Perlu Back to Basic

8 Juni 2023   16:26 Diperbarui: 8 Juni 2023   16:31 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dalam kehidupan modern dan yang serba praktis saat ini, tidak sedikit kegiatan ekonomi yang dahulunya dapat dilakukan dengan seksama dan cendrung mengarah pada penghematan Sumberdaya Alam (SDA), kini diganti dengan melakukannya dengan pemborosan SDA demi kepraktisan semata.

Misalnya, jika dahulu untuk menyapu tangan atau membersihkan tangan dan atau mengeringkan tangan dan atau membersihkan muka, kita menggunakan "lap tangan" dan atau "sapu tangan", kini kita ganti dengan "tissue". Jika dahulu setiap kita akan makan menggunakan piring, kini kita menggunakan piring yang dirangkai dari bambu/lidi berlapiskan kertas licin. Jika dahulu untuk membungkus/mewadahi  makanan kita menggunakan mangkok, kini kita menggunkan  styropoan. Jika dahulu kita menggunakan gelas atau cangkir dari bahan beling/plastik untuk minum, kini kita menggunakan cangkir dari platik tipis. Dan beberapa tindakan yang senada lainnya.

Memang Praktis ?.

Jika kita cermati, memang penggunaan bahan -- bahan tersebut dimaksudkan untuk tujuan "ke-praktis-an". Lap tangan, lap muka, "sapu tangan"  kita ganti dengan tissu, "sapu tangan" sudah kita tinggalkan, ini semua agar praktis. Kita tidak melihat lagi rumah makan padang menyediakan lap tangan yang dibasahi dan dicampur dengan bahan kimia anti bakteri, agar para konsumen yang datang atau makan ke rumah makan tersebut, setelah makan dapat membersihkan atau mengeringkan tangannya dengan lap yang disediakan rumah makan tersebut.

Namun, sayang itu semua sudah diganti dengan "tissue", sehingga tidak heran disemua sudut terkadang diletakkan "tissue" tersebut, di meja makan, dimeja kerja, didalam mobil, dan setusnya. Sekali lagi, itu semua demi mencapai tujuan  "ke-praktis-an".

Jika lap tangan atau "sapu tangan" yang kita gunakan, maka kita setidaknya harus memiliki beberapa lap tangan dan atau sapu tangan, kemudian kita pun harus mencucinya agar bisa digunakan kembali. Belum lagi bila lap tangan tersebut ditempeli noda yang tidak mudah hilang, mungkin kita akan membuangnya dan menggantikannya dengan lap tangan baru lagi, namun jika menggunakan tissue, bisa langusng sekli pakai dan dibuang.

Dengan menggunakan peralatan yang "serba praktis" di atas, maka kita tidak perlu lagi untuk mencucinya, kita tidak perlu lagi menyediakan stock yang banyak, karena peralatan tersebut mudah didapatkan/dibeli.

Pemborosan SDA.

Bila kita cermati, penggunaan tissue, dan penggunaan peralatan lainnya terebut yang serba praktis di atas, justru akan terjadi pemborosan penggunaan sumberdaya alam. Seperti penggunaan tissue tersebut, akan menghabiskan banyak pohon kayu sebagai bahan baku kertas dan atau tissue tersebut. Begitu juga yang lain, tidak sedikit SDA yang terkuras. Penebangan pohon terjadi dimana-mana, terjadi penggundulan, erosi dan cendrung menyebabkan banjir.

Bila kita simak pemakaian tissue saja, kini jutaan kotak, jutaan bungkus per hari, penggunaan yang dilakukan oleh rumah tangga, rumah makan, hotel dan lainnya. Apalagi kini ada kecendrungan konsumen "sengaja" digiring untuk menggunakan tissue tersebut, karena penjualan tissue tidak seperti dahulu hanya terdapat ditoko kosmetik, apotik atau toko tertentu, namun kini penjualan tissue sudah merambah ke kaki lima, dijalan raya perempatan lampu merah. Kemudian, ukurannya pun beragam, kemasan kecil, sedang dan besar, serta penjual-nya pun tak ubahnya penjual makanan, tersedia dimana-mana dan dijual oleh banyak kalangan.

Perlu Back to Basic.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun