Mohon tunggu...
ami ibrahim
ami ibrahim Mohon Tunggu... -

penulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Warna

2 Juli 2014   23:48 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:46 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

di kampung-kampung yang pernah mengukir jejak kita

urat sejarah berwarna biru lebam
mungkin hingga kini
saat tabung-tabung hijau meledak
dan orang-orang tak lagi mengenal teplok.

pernah suatu waktu
orang-orang datang dengan bendera hijau
menyunggi kitab suci
dan makam orang-orang kuno
yang disiangi mantra dan menyan purba
pun lenyap

ada saat datang barisan bendera merah
dan konon orang-orang lantas saling menyembelih
sampai batang sungai, satu-satunya sumber air minum
merah kesumba menggenang dendam,
hingga kini

pada kesempatan lain,
mereka mengarak bendera kuning
bertahun-tahun
hingga keindahan pelangi tak lagi dikenal
hingga tabung-tabung hijau meledak
mengabarkan biru lebam urat sejarah
di kampung-kampung yang pernah kita lalui
dimana jejak kita masih terukir, makin samar
:
maju tak gentar, membela yang benar

lantaran itukah, kita masih merencakan pulang?

26 Agustus 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun