Awalnya, #KaburAjaDulu hanya muncul sebagai guyonan di media sosial. Beberapa generasi muda mengungkapkan keinginan mereka untuk "pergi dulu dari Indonesia" karena merasa kondisi hidup di negeri ini semakin sulit. Namun, lama-kelamaan, guyonan itu berubah menjad tren yang membuat orang-orang mencari cara untuk kuliah, kerja, bahkan pindah permanen ke luar negeri. Fenomena ini dengan cepat menyebar dan menjadi bahan perbincangan lewat media sosial seperti X (Twitter) dan Tiktok.
Kenapa Banyak yang Pengen Kabur?
Namun, keinginan untuk "kabur" tersebut bukanlah tanpa alasan. Sebagian besar dari mereka menganggap "kabur" adalah solusi. Harga barang yang terus naik, gaji yang tidak sebanding dengan pekerjaan yang dilakukan, lapangan kerja yang terbatas, sampai isu sosial-politik yang makin menjadi-jadi, seperti korupsi dan ketidakpastian hukum yang membuat banyak orang kehilangan kepercayaan kepada pemerintah. Ditambah lagi, kini banyak artis dan influencer dalam negeri yang hidup dengan nyaman dan mewah di tengah kesulitan yang dihadapi oleh negara ini.
Manfaat dan Tantangan dari #KaburAjaDulu
Sebenarnya, pindah ke luar negeri memang sangat menarik bagi sebagian orang. Dengan pindah ke luar negeri, peluang untuk mewujudkan ekonomi yang lebih baik, pendidikan berkualitas, dan pengalaman hidup lainnya yang tidak bisa didapatkan dari dalam negeri. Namun, bukan berarti semua kesenangan itu tidak memiliki tantangan. Tantangan seperti adaptasi budaya, biaya hidup yang tinggi di negara tujuan, hingga kemungkinan "brain drain", yaitu hilangnya tenaga muda berbakat yang sebenarnya bisa berkontribusi untuk membangun Indonesia. Jika terlalu banyak anak muda "kabur", lantas siapa yang akan mengisi peran penting di dalam negeri? Pertanyaan ini membuat #KaburAjaDulu bukan sekedar pilihan pribadi, tetapi juga memberikan dampak bagi masa depan bangsa.
Pelajaran untuk Pemerintah dan Masyarakat
Namun, kita bisa mengambil sisi positif dari adanya tren #KaburAjaDulu. Melalui tren ini, kita seperti memberikan alarm untuk pemerinta bahwa generasi mudanya merasa masih kurang dilibatkan dan tidak yakin dengan masa depan di negeri sendiri. Diperlukan adanya langkah nyata, mulai dari menciptakan lapangan kerja layak, reformasi birokrasi, sampai mendorong ruang partisipasi anak muda dalam pembuatan kebijakan publik. Di sisi lain, masyarakat juga perlu berhenti menstigma pilihan ini sebagai "tidak cinta tanah air", melainkan memahami akar masalahnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI