Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Pentingnya Sosialisasi Makanan Bergizi dari Dalam Rumah

23 September 2025   21:27 Diperbarui: 24 September 2025   11:36 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengenalkan makanan bergizi dari dalam rumah ke anak | monkeybusinessimages via Kompas.com

Penulis merasakan hasilnya saat ini. Di saat sekolah anak-anak termasuk ke dalam sekolah yang menerima MBG (Makanan Bergizi Gratis), syukurlah anak -anak tidak mendadak picky eater alias pilah pilih makanan. Mereka terbiasa makan tahu, tempe orisinil tanpa rasa tambahan, sayur tumisan sederhana, susu tawar, roti tawar dan lauk yang tidak terlalu medok bumbu di lidah.

Sehingga kisruh kualitas rasa makanan bergizi gratis tidak masalah di lidah anak-anak saya. Namun, bagi mayoritas anak-anak yang lain, tahu tempe itu tidak enak dan tidak ada rasanya. Tumisan sayur pokcoy di rasa anyep , mau basi, ayam kaldu yang benyek, kentang kukus yang OH NO! Roti tawar dan susu UHT tawar melengkapi stigma MBG sebagai makanan anak-anak yang tasteless. 

Padahal justru makanan bergizi adalah makanan yang nyaris tasteless alias ga ada rasa, hehe. Makanan yang memiliki rasa asli tanpa perisa. Walaupun gak ada salahnya juga jika pakai penyedap sedikit dan tidak berlebihan, loh.

Intinya, makanan bergizi gratis anak-anak habis saja dan mereka sudah awam dengan rasa asli tahu, tempe, ayam rebusan , sayur tumisan dan susu tawar. Tantangan yang tidak mudah di saat teman anak-anak terbiasa makan cokelat, gempuran makanan instan, seperti mie instan, teh kemasan, susu dengan aneka rasa dan lain-lain.

Bukan berarti anak-anak saya terus makan makanan sehat, ada kalanya saya memperbolehkan anak-anak makan bebas seperti permen, mie instan, roti cokelat, susu berperisa, teh kemasan dan makanan berperisa. Sebagai hadiah dan kadang-kadang saja. 

Rasanya kalau makanan anak-anak terlalu steril juga tidak baik juga. Karena nantinya anak justru lahap ketika makan makanan yang tidak bergizi jika pola makan terlalu ketat. Sementara di dalam rumah si anak disiplin makan, namun begitu jajan di luar malah sakit. Tentunya kita tidak ingin pencernaan anak-anak terlalu sensitif sehingga akan merepotkan di kehidupan mereka ketika dewasa nanti. Yang sedang-sedang saja, makan sehat bisa, jajan kaki lima juga bisa. 

Terakhir, perlunya peran aktif orangtua dalam mengalakkan sosialisasi makan sehat dan bergizi dari dalam rumah sebagai pondasi yang akan dibangun di dalam sendi-sendi kehidupan dan kesehatan si anak merupakan investasi yang berharga di masa yang akan datang. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun