Namun kebiasaan makan sehat bawaan dari bayi tidak berlangsung secara abadi, terlebih ketika anak sudah mulai makan dengan jenis menu makanan yang bervariasi. Sudah mulai mengenal rasa asin, manis, pedas, penyedap dan lain-lain.Â
Masalah datang ketika anak sudah mulai merasakan makanan yang berperisa, pengemulsi, bukan rasa makanan yang autentik atau asli, tapi lebih dominan rasa mecin, penyedap, pedas bubuk bukan murni dari cabai, makanan instan terutama mie instan, keju bubuk, sirup jagung, pemanis dan lain-lain.
Ketika anak sudah di fase ini, rasanya sudah nyaris jauh untuk menarik kembali sang buah hati agar mau makan makanan sehat seperti ketika usia balita.
Sebetulnya, sosialisasi makanan bergizi sejatinya sudah dilakukan oleh setiap ibu dari dalam rumah. Bagaimana seorang ibu menyiapkan dan memberikan makanan sehat dan bergizi kepada anak-anak mereka. Memenuhi kebutuhan gizi dari bahan makanan yang mudah didapat.
Tidak perlu sumber protein organik, mahal, eksklusif. Yang penting bahan makanan mudah didapat dan bisa dilakukan secara konsisten. Penulis senantiasa membiasakan anak-anak makan bahan makanan yang sederhana dan murah meriah. Begitu juga dengan buah-buahan. Memilih buah yang murah meriah dan menyehatkan.Â
Selain itu, saya membiasakan anak-anak makan roti tanpa selai, terutama cokelat. Karena cokelat memiliki rasa manis yang dominan dan lemak, sehingga jika rasa manis yang lebih dulu dikenalkan kepada anak, kemungkinan anak akan sulit beradaptasi dengan makanan dengan rasa dibawanya.Â
Ini akan menyulitkan proses makan anak di usia sekolah, yang mana sangat perlu makan makanan kaya protein, karbohidrat, lemak berupa susu, telur, daging sapi, ayam dan lain-lain. Sebagai ibu, saya akan merasa aman jika anak kenyang makan nasi ketimbang susu dan makanan manis lainnya.
Jadi ketika itu saya lebih sering menyajikan roti tawar, pengenalan susu mulai dari UHT yang tawar, memperbanyak porsi makan nasi ketimbang mengudap biskuit.Â
Selain itu di rumah, sebagai ibu, saya menggunakan sedikit penyedap, garam, dan gula dalam masakan. Anak-anak sudah terbiasa makan makanan yang nyaris hambar dan tidak medok di lidah.Â
Setelah diterapkan sosialisasi makanan bergizi dari rumah, hasilnya akan terlihat di masa yang akan datang. Perlunya peran orangtua menjadi garda terdepan di dalam rumah untuk mengenalkan jenis-jenis makanan bergizi yang murni/raw/mengenalkan rasa asli makanan seutuhnya tanpa campur tangan perisa.