Riset yang Perlu Bergerak ke Arah yang Lebih Mendasar
Selama ini riset RPL terlalu fokus pada metode seperti Agile, Scrum, atau Waterfall, tanpa mengkaji asumsi dasar di balik proses pengembangan. Dengan SCI, riset dapat bergerak ke arah yang lebih mendalam: apa sebenarnya peran requirement jika solusi dan masalah muncul bersamaan? Apakah model formal masih relevan jika keputusan desain muncul secara organik dalam interaksi tim? Ini membuka jalan bagi pendekatan riset yang lebih sosioteknis dan kontekstual.
SCI Bukan Tanpa Tantangan, Tapi Lebih Mendekati Realitas
Meski SCI tidak menjelaskan segala aspek seperti kualitas, politik organisasi, atau dinamika kekuasaan, namun ia menawarkan kerangka kerja yang jauh lebih dekat dengan kenyataan. Ia mengakui bahwa desain bukanlah fase yang terpisah dari pengembangan, dan bahwa pemahaman akan proyek tumbuh seiring keterlibatan tim dalam membangun produk. Ini adalah pendekatan yang menghargai ketidakpastian dan kompleksitas sebagai bagian dari proses, bukan sebagai hambatan.
Saatnya Berani Mengubah Cara Pandang
Kesimpulan dari studi Paul Ralph seharusnya menjadi pemicu pergeseran paradigma besar dalam dunia rekayasa perangkat lunak. Teori SCI lebih dari sekadar model alternatif --- ia adalah cermin yang menunjukkan seperti apa sebenarnya proses pengembangan itu terjadi. Ini adalah tantangan bagi para pendidik, praktisi, dan peneliti untuk meninggalkan kenyamanan teori lama dan mulai membangun masa depan RPL berdasarkan realitas, bukan idealisasi.
Referensi
Ralph, P. (2013). Software engineering process theory: A multi-method comparison of sensemaking-coevolution-implementation theory and function-behavior-structure theory. arXiv preprint arXiv:1307.1019.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI