Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Masjid Raya Banten, Saksi Sejarah Indahnya Perpaduan Pikiran, Budaya dan Estetika

8 April 2023   23:15 Diperbarui: 8 April 2023   23:16 1608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Raya Banten dokumentasi Shita R

Sudah lama sebenarnya aku ingin sekali mengunjungi Masjid Raya Banten yang berlokasi di Banten Lama. Masih kuingat dalam buku sejarah SDku bagaimana pelabuhan Banten yang ramai dan didesain secara modern menerima kapal-kapal asing dari berbagai negara untuk berlabuh dan bersauh mengangkut hasil bumi berupa rempah-rempah, terutama lada hitam yag disebut emas hitam yang sangat berharga di Eropa. Lalu Belanda dan Portugis membuat pos di sana dan membuat gudang untuk menyimpan rempah-rempah sebelum dikirim ke Eropa. Hal ini mendasari berdirinya VOC yang kemudian menjadi cikal bakal kolonialisme Belanda.

Ketika aku baru tiba, Minaret berwarna putih yang tegak berdiri gagah di tengah halaman masjid itulah yang pertama menyedot perhatianku.  Berbentuk menyerupai mercusuar setinggi 24 meter ia berdiri gagah melawan teriknya mentari, menikmati indahnya senja dan mengawasi tingkah laku manusia dari abad ke abad. Menurut legenda menara itu bukan hanya untuk mengumandangkan azan tapi juga sebagai gudang senjata dan menara pengintai kondisi di pelabuhan. 

Usia bangunannya memang sudah ratusan tahun namun masih kokoh, awalnya dibangun pada tahun 1556  Masehi di masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin yang merupakan putra Sunan Gunung Jati, satu dari anggota Wali Songo yang juga pendiri Kesultanan Banten. Masjid Raya Banten merupakan amanah Sunan Gunung Jati dan menjadi legacy pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin. Minaret itu begitu gagah dan berkharisma. Kokoh bangunannya dan warna putih klasiknya, mengingatkanku pada suasana Eropa lama. Begitulah bangunan tua, mereka selalu memiliki pesona dan kharisma tersendiri. Seolah pertapa bijak yang penuh pengalaman yang ingin ia tuturkan semua kisah menariknya padamu di senja itu. 

Bangunan pertama Masjid Raya Banten didesain oleh  Raden Sepat arsitek dari Majapahit yang juga mendesain Masjid Demak dan Masjid Raya Cirebon bisa dilihat dari kesamaan desain atap yang bertumpuk sebagai pengaruh pura agama Hindu dan regalnya berupa batuan bata berbentuk gapura yang biasanya mengelilingi candi. Ingat candi Jawa Timur sebagian besar dibuat dari batu bata beda dengan candi Jawa Tengah yang mayoritas dibuat dari batu Gunung api. Dalam membangun Masjid Banten Raden Sepat dibantu arsitek Tionghoa bernama Tjek Ban Tjut yang kemudian karena jasa-jasanya diberi gelar Adipati Adiguna. 

Minaret dan bangunan bertingkat dua Tiyamah di sayap utara dibangun oleh arsitek berkebangsaan Belanda Hendrik Lucaz Cardeel sebagai bentuk keseriusannya menjadi mualaf. Atas jasanya ia dianugerahi gelar Pangeran Wiraguna. Setelah berpuas-puas mengitari halaman masjid, kami melangkah menuju bangunan utama yang dibuat dalam desain arsitektur Jawa terlihat dari bentukan atapnya yang berbentuk limasan dan bertumpuk, mengikuti gaya Masjid Raya Demak, yang memang memiliki hubungan kekerabatan dengan Kesultanan Demak dan kesultanan Cirebon. 


Bentuk atap itu merupakan pengaruh agama hindu. Bagian dalam masjid dipenui tiang-tiang panjang kuperkirakan itu pohon jati utuh karena bentuknya yang bulat melingkar menjulang. Mirip dengan Masjid raya Demak yang tiang-tiangnya konon dibuat Sunan kalijaga dari tumpukan bekas kayu (tatal) yang dengan karomahnya dipersatukan dan membentuk tiang yang solid dan kuat menahan atap umpang sari yang masih utuh hingga kini. MasyaAllah. 

Setelah menunaikan salat Tahiyatul masjid sebagai bentuk penghargaan pada masjid tersebut kami kemudian menuju area pemakaman para Sultan yang juga berada dalam komplek masjid tersebut. Ada makam Suna Ageng Tirtayasa, Sultan paling berjaya di Kesultanan Banten, juga makam Sultan Maulana Hasanuddin sang pemrakarsa pembangunan Masjid ini dan para istri mereka. Penjaga makam mengisyaratkan kami duduk berbanjar dengan rapi lalu ia memimpin doa untuk para ahli kubur. Setelah diberi kesempatan sekitar 10 menit di belakang kami telah mengantri rombongan peziarah berikutnya. Masjid ini memang selalu ramai dikunjungi para peziarah. 

Makam para Sultan Banten yang menyatu dengan area Masjid Raya Banten dokumentasi Shita R
Makam para Sultan Banten yang menyatu dengan area Masjid Raya Banten dokumentasi Shita R

Dari makam kami tertarik melihat bedugnya karena terlihat kalau kayunya sudah tua tetapi masih kuat. tak begitu jelas apakah kerangka bedug masih asli atau sudah berganti tetapi salah seorang staf masjid mengatakan kalau kulit bedugnya sudah beberapa kali berganti karena dimakan usia atau robek karena pukulan bedug. Senja mulai merambat pada pukul setengah lima. Udara mulai sejuk dan angin dengan bau laut menyergap hidung. Sudah terasa sejuk meski ubin marmer masih hangat karena terpaan matahari sepanjang siang. 

Aku menikmati duduk di antara pohon-pohon kurma yang ditanam di halaman masjid. Aku membayangkan nanti bertandan-tandan buah kurma kaan bergelantungan dari tiap tangkainya, wow alangkah menyenangkan dan bau uang karena harga ruthob (kurma basah) lebih mahal dari kurma kering karena dipercaya bisa meningkatkan kesuburan wanita dan mendorong terjadinya kehamilan. Tapi kebenarannya hanya Tuhan yang tahu. Wallahualam bisshowab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun