Mohon tunggu...
Amara Avrylinka
Amara Avrylinka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Love

Attachment Style dalam Toxic Relationship

17 Desember 2023   14:00 Diperbarui: 17 Desember 2023   14:03 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Akhir-akhir ini toxic relationship sedang ramai diperbincangkan di media sosial. Terdapat banyak pasangan yang mengaku terjebak dalam kondisi hubungan toxic relationship lalu muncullah banyak opini terkait toxic relationship. Namun sebenarnya apa itu yang dimaksud dengan toxic relationship? Toxic relationship yakni ketika dua orang menjalani sebuah hubungan namun hubungan tersebut sudah tidak lagi berjalan dengan baik. Toxic relationship adalah hubungan yang memiliki unsur negatif dan dapat merugikan salah satu pihak. 

Tidak hanya itu, bahkan kedua belah pihak juga dapat merasa saling dirugikan ketika menjalani hubungan tersebut. Toxic relationship dalam sebuah hubungan biasanya ditandai dengan hubungan yang tidak lagi seimbang, artinya ada satu pihak yang lebih mendominasi sehingga membuat pihak lainnya merasa tertekan atau tidak nyaman. Menurut Dr. Lillian Glass, dalam bukunya yang berjudul “Toxic People: 10 Ways of Dealing with People Who Make Your Life Miserable” (1995), toxic relationship adalah hubungan yang tidak saling mendukung satu sama lain. 

Pada jenis hubungan toxic relationship komunikasi yang dilakukan oleh pasangan cenderung satu arah dan tidak berjalan dengan lancar. Selain itu, terdapat sifat cemburu dan posesif yang berlebihan sehingga membuat pasangan merasa terkekang dan tidak nyaman.

 Pada beberapa pasangan yang terjebak dalam toxic relationship merasa bahwa hubungannya cenderung mengedepankan ego daripada perasaan yang dirasakan. Toxic relationship dapat memunculkan pemikiran yang negatif bahkan dapat menyebabkan seseorang mengalami kekerasan hingga sakit fisik (Saskia dkk., 2023).

Menurut Dr. Primatia Yogi Wulandari, M.Si., Psikolog pakar psikolog Universitas Airlangga (dalam Saskia dkk., 2023), dampak pertama dari toxic relationship yang mengenai orang tersebut dimulai dari sisi psikologisnya seperti merasa rendah diri dan pesimis dalam kehidupannya. Hal ini biasanya terjadi karena terdapat ujaran kebencian atau ucapan yang kasar yang dilontarkan untuk pasangannya sehingga dapat melukai hati. Ini tentunya akan berdampak pada pemikiran seseorang untuk berpikir negatif dan membuat seseorang mengalami overthinking.

Seseorang yang menjalani hubungan dengan jenis toxic relationship dapat disebabkan karena jenis attachment yang dimilikinya. Attachment atau gaya kelekatan adalah ikatan yang melibatkan rasa kasih sayang dan cenderung menetap pada individu (Hafo, 2020). Attachment merupakan hubungan diantara dua orang yang melibatkan perasaan kuat satu sama lain. Attachment style terbentuk ketika individu masih anak-anak karena attachmenct style timbul dari hubungan anak dengan orang tua. Namun ketika sudah dewasa, maka attachment style akan muncul karena hubungan dengan pasangan. Attachment berfungsi sebagai pertahanan dari suatu perasaan buruk, rasa tidak aman, dan rasa tidak nyaman. Terdapat jenis-jenis aattachment yakni:

  • Secure Attachmet

Secure attachment adalah kelekatan yang paling ideal dan aman secara emosional. Seseorang yang memiliki jenis kelekatan ini biasanya mudah untuk merasa aman dan nyaman dengan orang lain. Ia biasanya mudah untuk bergaul dengan orang lain dan merasa terlindungi. Karakteristik seseorang dengan secure attachment yaitu biasanya adalah orang-orang yang hangat, sensitif, responsif, mampu berkomunikasi dengan baik, dapat mengelola konflik dengan baik, dapat mencintai dan menghargai diri sendiri, mudah untuk merasa nyaman dengan orang lain, serta mudah merasakan rasa aman dan terlindungi.

  • Insecure Attachment

Jenis kelekatan insecure attachment dikelompokkan menjadi 3 menurut Ainsworth, yaitu insecure-avoidant, insecure-ambivalent, dan insecure-disorganized.

1. Insecure-Avoidant Attachment

Karakteristik seseorang dengan jenis attachment ini adalah individu sulit untuk merasakan rasa aman, mudah curiga, dan cenderung memandang diri sendiri skeptis. Selain itu ia juga memiliki sikap mandiri bahkan ada kencenderungan tidak membutuhkan pertolongan dari orang lain. Seseorang dengan jenis attachment ini membatasi diri ketika ada yang mendekati dan membatasi hubungan emosional dengan orang lain. Ia juga mudah untuk mengabaikan orang lain dan memilih untuk menjalin hubungan percintaan dalam jangka waktu yang singkat. Hal ini karena ia memiliki kesulitan untuk berkomitmen dan memiliki trust issue atau tidak mudah untuk mempercayai orang lain.

2. Insecure-Ambivalent Attachment

Karakteristik seseorang yang memiliki jenis attachment ini yaitu mudah cemas dan tidak mudah untuk percaya dengan orang lain. Ia sulit untuk menerima kritikan dengan baik dan selalu membutuhkan validasi dari orang lain. Ia juga mudah cemburu dan kurang percaya diri. Ia juga akan lebih mudah bergantung kepada orang lain dan kurang mandiri.

3. Insecure-Disorganized Attachment

Karakteristik seseorang dengan jenis attachment ini yakni orang yang memiliki kesulitan dalam mengendalikan emosinya sendiri. Ia sulit untuk merasakan rasa aman dan memiliki rasa cemas yang tinggi. Ia tidak mudah untuk mempercayai orang lain dan memiliki potensi untuk berperilaku kasar terhadap orang lain bahkan pasangannya sendiri. Ia selalu takut untuk disakiti dan merasa tidak layak untuk dicintai. Attachment ini dapat terbentuk karena berbagai macam hal, namun umumnya terbentuk karena kurangnya perhatian yang didapatkan, pernah ditelantarkan, dan adanya trauma.

Jenis attachment pada seseorang dapat berpengaruh terhadap jalannya hubungan. Seseorang yang memiliki secure attachment akan dengan mudah mendapat pasangan dan mudah menjalani sebuah hubungan. Hal ini karena ia mudah untuk mempercayai orang lain dan mudah untuk merasa aman ketika berada di dekat orang baru. Sedangkan seseorang dengan insecure attachment akan sedikit kesulitan dalam menjalani sebuah hubungan karena ia tidak mudah untuk mempercayai pasangannya. 

Mungkin jenis attachment seseorang tidak selalu berpengaruh terhadap hubungannya bersama orang lain, namun biasanya sifat seseorang dapat dikenali dari jenis attachment yang dimilikinya. Tidak menutup kemungkinan seseorang yang terjebak dalam toxic relationship memiliki salah satu dari ketiga jenis insecure attachment.  

Attachment yang dimiliki oleh individu juga memiliki kemungkinan untuk berpengaruh terhadap tingkat komitmen yang dimiliki seseorang untuk berada dalam suatu hubungan. Ketika seseorang memiliki jenis insecure attachment, maka ia sulit untuk mempercayai pasangannya dan tidak meiliki komitmen yang tinggi dalam menjalani hubungan. Lain halnya dengan individu yang memiliki secure attachment, ia akan mudah untuk berkomitmen dengan pasangannya karena ia dapat mempercayai pasangannya dengan mudah.

Ketika seseorang dengan jenis secure attachment menjalin hubungan dengan seseorang yang memiliki jenis insecure attachment, maka hubungan yang terjalin akan sedikit rumit. Tidak menutup kemungkinan hubungan tersebut akan menjadi toxic relationship. Maka dari itu sangat penting untuk mengetahui jenis attachment seseorang sebelum menjalani sebuah hubungan yang lebih dekat. Terdapat beberapa cara untuk menghindari toxic relationship, seperti menjalin komunikasi dua arah yang baik dengan pasangan, berusaha untuk bisa mempercayai pasangan, tidak egois, dan mulai mencoba untuk saling mengerti satu sama lain.

Referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun