Mohon tunggu...
Muhammad Amar Amrullah
Muhammad Amar Amrullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Popularitas dan Demokrasi Politik Indonesia

17 Mei 2023   01:06 Diperbarui: 18 Mei 2023   15:28 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iustras Politik. ttps://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Flukman12111%2F5f0e9f9f097f365ce2629d62%2Fbanalitas-d

 

Kebudayaan politik Indonesia

 

Selain itu, ada hal yang menarik tentang demokrasi di Indonesia yaitu popularitas yang lebih di utamakan dibandingkan dengan kapasitas serta kapabilitas leadership dalam menyeleksi calon para pemimpin bangsa ini. Partai politik dan para tokoh sudah memulai ancang-ancang dalam meningkatkan elektabilitas dan popularitas. Berbagai macam cara dan upaya dilakukan agar semakin popular, sehingga dapat dengan mudah menaikkan elektabilitas dalam politik.

Bagi sebagian masyarakat menilai bahwa popularitas adalah tingkat reputasi tokoh atau partai politik tertentu di mata masyarakat. Popularitas juga bisa merujuk pada seberapa banyak atau sedikit yang diketahui publik tentang tokoh atau partai politik tertentu. Walupun memang popularitas merupakan hal yang sangat penting dalam menaikkan elektabilitas, tetapi keduanya sebenarnya berjalan dengan masing-masing.

Popularitas yang tinggi sebenarnya tidak selalu berarti bahwa seorang tokoh atau partai politik berpotensi mendapatkan banyak suara dalam suatu pemilihan umum. Misalnya, ada tokoh politik yang dikenal luas oleh masyarakat karena satu kejadian. Popularitas karena kasus tersebut sebenarnya dapat menyebabkan daya tariknya berkurang.


Namun inilah yang terjadi dalam Politik di Indonesia. Dengan diumumkannya nama  calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI Perjuangan, maka panggung pemilihan presiden menjadi semakin terbuka. Sayangnya, kita masih saja menjadi penonton di pinggir lapangan. Nama-nama yang muncul mungkin menjadi perbincangan warga saat makan ketupati lebaran, tapi selebihnya hanya bisa kita baca dari hasil pemilihan.

Sistem pemilu Indonesia masih menekankan pada popularitas semu. Seringkali pemilih mengenal calon karena calon sering muncul di billboard, media atau media sosial. Faktanya, sering terjadi orang tidak muncul di jejaring sosial untuk membahas topik penting, tetapi hanya untuk menghadiri pesta besar atau memberikan hadiah. Popularitas semu tersebut dapat dikelola oleh perusahaan konsultan komunikasi politik. Kami memahami bahwa penelitian juga dapat digunakan untuk meningkatkan selektivitas.

Jika elektabilitas hanya kepopuleran dan kepopuleran bisa dibangun, kemungkinan rapat tertutup tidak akan membahas pemilu, melainkan persoalan lain terkait logistik, yakni. penyiapan uang kampanye dan masalah politik lainnya, seperti kenyamanan dan keamanan politik.

Mengukur Calon Presiden

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun