Senja pun kembali ke peraduannya, meninggalkan semburat jingganya lalu menjemput gelap, dan Nenek pamit melanjutkan perjalanannya sambil membawa jualannya. Begitupun aku,,, aku kembali ke Kos dengan membawa bekal dari suasana pantai dan pesan Nenek sore ini serasa seperti seberkas cahaya kedamaian yang masuk menerangi setiap ruang gelap dalam pikiran dan hatiku, sehingga kali ini aku kembali ke kos dengan perasaan yang lebih damai dan tenang.Â
 *****
Sejak perjumpaan dengan Nenek di Pantai Manikin itu, aku mulai mengubah cara pandangku. Aku belajar untuk lebih bersyukur atas hal-hal kecil dalam hidupku. Aku mulai meluangkan waktu untuk melakukan kebaikan, lebih sering olahraga, berdoa, aktivitas-aktivitas yang positif, menjemput Ayahku di kampung untuk berobat di Rumah Sakit Kota ini, lebih rajin mencari referensi di perpustakaan dan lebih fokus lagi dengan proses konsultasi Skripsiku. Perlahan tapi pasti, pikiranku lebih tenang, proses konsultasi mulai menemukan titik terang, Ayahku berangsur pulih dan rasa bahagia ku berada pada puncaknya ketika mendapatkan tulisan ACC pada lembaran depan Skripsiku. Aku menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada uang atau kesuksesan semata, atau bukan juga tentang tulisan ACC pada lembaran depan Skripsi yang selama ini diperjuangkan, tetapi pada kemampuan kita mengelola emosi dan pikiran kita agar tetap positif, selalu bersyukur atas semua yang kita miliki, selalu sabar, dan menikmati setiap proses yang kita jalani, yang kita lalui dalam setiap inci langkah hidup ini.
Setiap kali aku merasa galau atau dalam keterpurukan, aku selalu ingat kata-kata Nenek di Pantai Manikin. Aku sering kembali ke pantai itu, memandangi laut yang luas, dan merasakan kedamaian yang sama. Meskipun, setiap kali aku berkunjung ke sana, tak sempat lagi ku temui Nenek itu. Terkadang dalam kesendirian, aku selalu merindukan sosok Nenek yang punya andil besar mengubah cara pandang ku ini,,,aku,,,,,aku kadang berpikir,,,jangan sampai Nenek yang ku jumpai kala itu adalah Malaikat Pelindungku? Atau mungkin saja leluhur dari keturunanku yang menjelma kedalam diri Nenek itu, atau kehadiran Nenek kala itu seperti diutus oleh Tuhan? sehingga ia datang memberikan aku pemahaman yang baik sehingga aku bisa seperti ini. Entah lah,,,,,,siapapun sosok dibalik Nenek itu, aku selalu berterima kasih kepadanya dan selalu mendoakannya.
Aku bersyukur atas perjalanan setiap inci dalam hidup ini yang telah membawaku pada pemahaman tentang arti sejati dari rasa sabar dan syukur. Kini, aku tahu bahwa hidup tidak selalu mudah. Akan ada saat-saat sulit, saat-saat menyakitkan. Tapi aku tidak akan menyerah. Aku akan terus berjuang, terus belajar, dan terus bersyukur atas semua yang diberikan Tuhan. Karena aku tahu, di setiap kesulitan, selalu ada berkah yang tersembunyi, pasti ada hikmah dibaliknya. Rasa sabar, pantang menyerah dan penuh syukur adalah kunci untuk membuka pintu kebahagiaan. Memang pada dasarnya,,,,,"kebahagiaan itu sendiri diciptakan, bukan dicari". Dan pada titik ini aku pun menyadari dan sering menoleh kebelakang, bahwa ternyata di saat ini,,di posisi ini, keadaan aku saat ini adalah apa yang aku tuai dari doa para leluhur, doa orang tuaku, doa teman, doa kenalan dan doaku sendiri yang telah dipanjatkan di hari, bulan bahakan tahun-tahun yang telah berlalu. Mungkin saatnya harus tetap bersabar dengan apa yang telah dijalani, dan selalu bersyukur untuk segala hal yang aku jumpai dan alami di setiap hari-hariku.Â
Cerpen : Sudahkah Kita Bersyukur???
Oleh : Namake Ola
Nifuboko, Maret 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI