Seperti: beras...beras...beras...., mesin-mesin rusak,,,,,mesin-mesin rusakkkkk,,,besi-besi tua,,,, besi-besi tua,,,,(kada g terdengar manusia-manusia tua....),,,atau juga ikann,,,ikann,,,ikannn,,,!!! dan lain sebagainya.
Tujuannya tentu biar masyarakat tahu jenis barang dagangan yang datang. Semacam sebagai kode-kode supaya meski masih dalam jarak yang jauh, para pembeli (masyarakat kampung) sudah mengetahui lebih dulu jenis dagangan yang datang.
Biasanya, para pelanggan yang paling banyak dalam hal ini adalah ibu-ibu rumah tangga.Â
Telinga mereka semacam sudah terpasang antena khusus untuk menjemput para penjual yang datang.Â
Terutama sekali dalam hal ini adalah mobil jualan sayur-sayuran, ikan ataupun barang lelang lainnya.Â
Namun, sejak beberapa tahun terakhir, kendaraan-kendaraan jualan keliling ini tidak cukup dengan suara mulut saja melalui pengeras suara, melainkan diwarnai lagi dengan musiknya tersendiri dengan volume yang aduhai membuat telinga jadi mules.
Bagaimana tidak, hari belum terang benar, dari jauh sudah terdengar dentuman musik dangdut,,,"aku gadis tapi bukan pe**wan,,,,,,dst. sambil diselingi dengan suara; ikan ekor kuning,,,,,ikan ekor kuning,,,,!!! di sepanjang ruas perjalanan yang menjadi rute penjualan.
Awalnya cukup membuat suasana kampung menjadi terhibur. Namun bisa dibayangkan saja, kalau itu tidak hanya satu dua mobil saja dengan jenis-jenis jualannya masing-masing, melainkan semuanya dengan trik yang sama.Â
Memutarkan musik dengan genre yang beraneka macam dan berkeliling pada waktu yang sama, tentu akan terdengar bagaikan pawai kemenangan Jerman setelah mendudukkan Rusia pada perang dunia kedua silam.
Ini tentu tidak lagi menghibur melainkan membuat telinga warga kampung benar-benar muntah berak.Â