Mohon tunggu...
Konstan Aman
Konstan Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dilema Orangtua dalam Menentukan Nasib Anak

20 Februari 2020   00:54 Diperbarui: 21 Februari 2020   16:00 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masa depan anak (Sumber: Shutterstock / Sunny studio)

Ilustrasi: Hyper parenting (Tirto.id)
Ilustrasi: Hyper parenting (Tirto.id)

Tanggung jawab mengasuh dan membesarkan anak bukan semata-mata karena alasan warisan biologis atau anak sebagai darah daging dari orangtua sendiri.

Seperti yang Hegel (sang filsuf abad ke-19) ungkapkan bahwa dalam diri anak orangtua mengakui dirinya sendiri. Atau anak merupakan orangtua, tetapi di luar dirinya atau dalam bentuk lain. 

Ini berarti orangtua mesti memahami sisi lain dari hubungan mereka dengan anak-anak mereka. Memang cukup pelik bila orangtua harus mengakui bahwa anak dilihat sebagai "orang lain".

Sebab pada dasarnya mereka tidak mau mengizinkan anaknya untuk menentukan nasibnya sendiri. Mereka tidak menghendaki untuk mendidik anaknya sebagai makhluk yang bebas yang memilih jalannya sendiri. Sehingga kalau sudah dewasa pun, masih ada orangtua yang turut mencampuri segala seluk beluk kehidupannya.

Dengan demikian, sampai di sini peran penyandera sudah bukan pada anak-anak lagi, melainkan orangtua yang menyandera hidup dan kehidupan anaknya. 

Lalu, bagaimana persisnya keadaan saling sandera dan menyandera yang dimaksudkan tersebut?

Jika sejak dari kelahiran hingga anak memasuki usia dewasa, orangtua tentu memusatkan seluruh perhatiannya hanya kepada mereka. Orangtua harus pandai mengatur waktu yakni: antara waktu pribadi, jam kerja dengan waktu bersama-sama dengan buah hati mereka. 

Beban pikiran semakin menumpuk. Singkatnya, segala aktivitas, pikiran dan waktu secara masif  terkendali demi penentuan nasib si buah hati. Artinya, dalam hal ini orangtua telah disandera oleh anak mereka sendiri.

Sebaliknya, ketika anak telah menginjak usia dewasa, sudah bisa mandiri atau sepatutnya telah mampu untuk memilih dan menentukan nasib hidupnya sendiri, orangtua malah mencampuri semua hal yang berkaitan dengan kebebasannya. 

Mulai dari penentuan soal jurusan pada saat kuliah, memilih pekerjaan yang dianggap bagus hingga kebebasan dalam memilih jodoh semuanya justru dikendalikan oleh orangtua. Sampai di sini, peran penyandera bukan lagi pada anak melainkan pada orangtua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun