Nikah siri yang tidak dicatatkan di KUA membawa risiko besar, terutama bagi perempuan dan anak-anak, antara lain:
- Kehilangan hak hukum: Tanpa buku nikah resmi, perempuan dan anak sulit membuktikan status perkawinan dan hubungan keluarga di mata hukum.
- Status anak: Anak yang lahir dari nikah siri berstatus seperti anak luar nikah dalam hukum negara, sehingga hanya memiliki hubungan hukum dengan ibu dan keluarga ibu saja.
- Hak waris: Anak dan istri tidak memiliki hak waris yang sah dari suami atau ayahnya.
- Nafkah dan perlindungan: Perempuan dan anak rentan mengalami penelantaran karena suami tidak memiliki kewajiban hukum yang kuat untuk memberikan nafkah.
- Kerentanan sosial: Ketidakjelasan status hukum dapat menimbulkan stigma sosial dan konflik keluarga.
Pentingnya Pencatatan Nikah
Meskipun nikah siri sah secara agama, pencatatan nikah di KUA sangat penting sebagai langkah preventif untuk melindungi hak-hak perempuan dan anak secara hukum negara. Pencatatan nikah menjamin pengakuan negara dan memberikan kepastian hukum yang dibutuhkan dalam kehidupan berkeluarga.
Kesimpulan
Pernikahan siri adalah fenomena yang kompleks, di mana hukum agama dan hukum negara belum sepenuhnya selaras. Nikah siri sah secara agama Islam jika memenuhi rukun dan syarat nikah, tetapi tanpa pencatatan resmi, pernikahan tersebut tidak diakui oleh negara sehingga menimbulkan berbagai risiko hukum dan sosial, terutama bagi perempuan dan anak. Oleh karena itu, penting bagi pasangan yang menikah secara siri untuk segera mendaftarkan pernikahannya ke KUA agar mendapatkan perlindungan hukum yang memadai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI