Mohon tunggu...
amandaputri
amandaputri Mohon Tunggu... Mahasiswi

Mahasiswa S1 Ilmu komunikasi di UPNVJ

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Kedaulatan Siber, Antara Ilusi Kontrol dan Ancaman Internet Terpecah

1 Oktober 2025   21:34 Diperbarui: 1 Oktober 2025   21:34 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Arus informasi global melambat.

  • Warga kehilangan akses terhadap pengetahuan yang seharusnya terbuka.

  • Selain itu, ada paradoks lain, meski negara ingin mandiri secara digital, kenyataannya infrastruktur penting (cloud, sistem operasi, media sosial) masih dikuasai perusahaan asing raksasa seperti Google, Meta, atau Microsoft. Ini menciptakan ketergantungan baru sebuah hegemoni korporasi global.

    Apakah berarti kedaulatan siber tidak penting? Tentu saja penting. Tapi yang perlu diwaspadai adalah ilusi kontrol. Upaya menutup diri justru berbahaya.

    Sebagai alternatif, kita membutuhkan Kedaulatan Siber yang Responsif. Artinya:

    1. Fokus pada keamanan data warga, bukan sekadar sensor konten.

    2. Membangun tata kelola global yang melibatkan banyak pihak (multi stakeholder), bukan hanya negara.

    3. Menguatkan infrastruktur domestik, agar kita tidak sepenuhnya bergantung pada korporasi asing.

    Dengan pendekatan ini, negara tetap bisa melindungi warganya, tanpa mengorbankan prinsip keterbukaan internet dan hak-hak sipil.

    Internet adalah ruang tanpa batas, tetapi politik masih berbicara dengan logika teritorial. Ketegangan antara keduanya melahirkan debat panjang soal kedaulatan siber. Jika negara hanya mengejar kontrol total, yang didapat justru fragmentasi global dan kehilangan kepercayaan publik.

    Masa depan internet seharusnya tidak dibangun atas dasar tembok digital, melainkan atas dasar kolaborasi, transparansi, dan perlindungan hak-hak warga.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
    Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun