Mohon tunggu...
Amanda Purba Rizki
Amanda Purba Rizki Mohon Tunggu... Mahasiswa

Universitas Teknologi Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Kekuasaan dan Perdamaian : Memahami Teori-Teori Besar Hubungan Internasional

15 Oktober 2025   01:52 Diperbarui: 15 Oktober 2025   01:52 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dunia internasional adalah tempat yang kompleks, penuh interaksi antara negara dan berbagai aktor lain. Karena tidak ada otoritas tertinggi, negara sering bersaing untuk kepentingannya sendiri, bekerja sama demi keuntungan bersama, atau melakukan keduanya tergantung situasi. Perubahan politik, ekonomi, teknologi, dan budaya membuat hubungan antarnegara dinamis dan sulit diprediksi.

Untuk membantu memahami perilaku negara dan aktor internasional, para ilmuwan menciptakan teori-teori Hubungan Internasional. Teori-teori ini bukan sekadar konsep abstrak, tetapi memberi kita cara menjelaskan mengapa negara mengambil keputusan tertentu? mengapa konflik muncul? dan bagaimana kerja sama bisa terbentuk meski kepentingan berbeda? Dengan memahami teori ini, kita bisa lebih jelas melihat dinamika dunia dan merancang kebijakan serta strategi diplomasi yang efektif.

Dari berbagai teori yang ada, empat pendekatan utama yang sering digunakan adalah Realisme, Liberalisme, Neo-Realisme, dan Neo-Liberalisme. Masing-masing menawarkan sudut pandang berbeda, ada yang menekankan kekuasaan dan keamanan, ada yang menyoroti kerja sama dan peran institusi internasional. Memahami keempat teori ini membantu kita mengerti bagaimana dunia internasional bekerja dan bagaimana interaksi antarnegara terjadi.

1. Realisme

Realisme memandang dunia internasional sebagai tempat persaingan di mana setiap negara berjuang untuk melindungi kepentingan dan keamanannya sendiri. Karena tidak ada otoritas tunggal yang mengatur, negara harus mengandalkan kekuatan sendiri untuk bertahan. Hans J. Morgenthau menekankan bahwa politik internasional adalah perjuangan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan, dan keputusan negara sering bersifat pragmatis daripada idealis. Realisme menilai konflik dan persaingan hampir tak terhindarkan, sehingga negara cenderung memperkuat militernya sebagai langkah antisipasi. Hingga saat ini, pandangan ini tetap relevan untuk memahami perlombaan senjata, sengketa perbatasan, dan persaingan geopolitik, mengingat politik internasional tidak selalu soal kerja sama, tetapi juga strategi, kekuatan, dan kemampuan bertahan.

2. Liberalisme

Berbeda dengan Realisme, Liberalisme percaya bahwa kerja sama antarnegara masih memungkinkan untuk menciptakan perdamaian, meskipun dunia bersifat anarkis. Teori ini menekankan bahwa manusia dan negara bisa belajar, beradaptasi, dan bekerja sama demi kepentingan bersama, bukan hanya bersaing. Pemikiran ini terinspirasi dari Immanuel Kant, yang menekankan pentingnya hukum internasional, nilai demokrasi, dan perdagangan bebas sebagai dasar perdamaian. Tokoh lain seperti Woodrow Wilson mendorong pembentukan lembaga internasional seperti League of Nations untuk mencegah perang melalui diplomasi dan mekanisme kolektif.

Liberalisme juga menyoroti interdependensi ekonomi jadi ketika negara saling bergantung, konflik menjadi pilihan yang tidak rasional karena akan merugikan semua pihak. Contohnya, Uni Eropa berhasil menyatukan negara-negara dengan latar belakang berbeda melalui kerja sama ekonomi dan politik, menunjukkan bahwa dunia internasional tidak selalu soal perebutan kekuasaan, tetapi bisa dibangun melalui norma, hukum, dan komunikasi yang baik untuk menciptakan stabilitas dan perdamaian.

3. Neo-Realisme

Kemudian Neo-Realisme muncul karena sebagian ahli menilai Realisme Klasik terlalu fokus pada sifat manusia dan kurang menjelaskan dinamika sistem internasional secara keseluruhan. Kenneth Waltz menekankan bahwa perilaku negara lebih dipengaruhi oleh struktur sistem internasional dan bagaimana kekuatan tersebar, bukan hanya sifat manusia. Ia membagi sistem internasional menjadi unipolar, bipolar, dan multipolar. Dalam sistem bipolar, seperti pada Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, keseimbangan kekuatan relatif lebih jelas sehingga risiko konflik besar lebih mudah dikendalikan, sedangkan sistem multipolar lebih kompleks dan stabilitasnya lebih sulit dijaga.

Neo-Realisme juga mengenalkan konsep penting seperti keseimbangan kekuasaan (balance of power) dan dilema keamanan (security dilemma). Negara cenderung menyeimbangkan kekuatannya agar tidak ada satu negara yang terlalu dominan, namun langkah defensif ini kadang membuat negara lain merasa terancam dan memperkuat militer mereka juga. Pandangan ini mengajarkan bahwa konflik dan persaingan muncul sebagai respons logis terhadap struktur internasional, bukan semata karena agresi atau ambisi negara. Tindakan seperti membentuk aliansi, memperkuat militer, atau menjaga diplomasi adalah upaya rasional untuk bertahan dan melindungi kepentingan di tengah ketidakpastian global.

4. Neo-Liberalisme 

Neo-Liberalisme muncul sebagai tanggapan terhadap Neo-Realisme yang dianggap terlalu fokus pada kekuasaan dan struktur sistem internasional. Robert Keohane dan Joseph Nye menekankan bahwa meskipun dunia bersifat anarkis, kerja sama antarnegara tetap memungkinkan karena adanya kepentingan bersama dan dukungan institusi internasional. Institusi ini tidak sekadar simbol diplomasi, tetapi berfungsi sebagai mekanisme nyata untuk memediasi kepentingan, mengurangi ketidakpastian, dan mencegah konflik, seperti yang dijelaskan Keohane dalam After Hegemony.

Neo-Liberalisme menyoroti hubungan antarnegara yang saling bergantung melalui ekonomi, teknologi, politik, dan isu lintas batas seperti perubahan iklim dan kesehatan global. Ketika satu negara menghadapi krisis, dampaknya terasa bagi banyak negara lain. Pandangan ini menekankan bahwa, meski dunia anarkis dan persaingan tetap ada, kerja sama adalah langkah rasional untuk mencapai stabilitas dan kepentingan bersama. Dengan begitu, diplomasi, institusi, dan aturan internasional menjadi alat penting untuk menahan konflik dan menjaga keteraturan global.

Jika dibandingkan, Realisme dan Neo-Realisme sama-sama menekankan pentingnya kekuasaan dan keamanan nasional, namun berbeda dalam titik fokusnya. Realisme lebih menyoroti sifat dasar manusia yang cenderung egois dan haus kekuasaan, sedangkan Neo-Realisme menekankan bahwa perilaku negara lebih ditentukan oleh struktur sistem internasional yang bersifat anarkis. Sementara itu, Liberalisme dan Neo-Liberalisme sama-sama percaya pada potensi kerja sama antarnegara, tetapi Neo-Liberalisme dianggap lebih realistis karena mengakui adanya anarki global dan berupaya mengatasinya melalui peran institusi serta aturan internasional.

Secara keseluruhan, keempat teori ini menawarkan cara pandang berbeda namun saling melengkapi dalam memahami dunia internasional. Realisme dan Neo-Realisme mengingatkan kita bahwa kekuasaan dan keamanan tetap menjadi inti dalam hubungan antarnegara, sementara Liberalisme dan Neo-Liberalisme menekankan pentingnya nilai, kerja sama, dan lembaga internasional dalam menciptakan stabilitas global. Bersama-sama, keempatnya membantu kita melihat gambaran yang lebih utuh tentang bagaimana negara dan aktor non-negara berinteraksi di panggung dunia. Dalam era global yang semakin terhubung dan kompleks, memahami keempat teori ini menjadi kunci untuk membaca arah perubahan politik, ekonomi, dan diplomasi internasional secara lebih kritis dan mendalam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun