Mohon tunggu...
Amanda Purba Rizki
Amanda Purba Rizki Mohon Tunggu... Mahasiswa

Universitas Teknologi Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Kekuasaan dan Perdamaian : Memahami Teori-Teori Besar Hubungan Internasional

15 Oktober 2025   01:52 Diperbarui: 15 Oktober 2025   01:52 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

4. Neo-Liberalisme 

Neo-Liberalisme muncul sebagai tanggapan terhadap Neo-Realisme yang dianggap terlalu fokus pada kekuasaan dan struktur sistem internasional. Robert Keohane dan Joseph Nye menekankan bahwa meskipun dunia bersifat anarkis, kerja sama antarnegara tetap memungkinkan karena adanya kepentingan bersama dan dukungan institusi internasional. Institusi ini tidak sekadar simbol diplomasi, tetapi berfungsi sebagai mekanisme nyata untuk memediasi kepentingan, mengurangi ketidakpastian, dan mencegah konflik, seperti yang dijelaskan Keohane dalam After Hegemony.

Neo-Liberalisme menyoroti hubungan antarnegara yang saling bergantung melalui ekonomi, teknologi, politik, dan isu lintas batas seperti perubahan iklim dan kesehatan global. Ketika satu negara menghadapi krisis, dampaknya terasa bagi banyak negara lain. Pandangan ini menekankan bahwa, meski dunia anarkis dan persaingan tetap ada, kerja sama adalah langkah rasional untuk mencapai stabilitas dan kepentingan bersama. Dengan begitu, diplomasi, institusi, dan aturan internasional menjadi alat penting untuk menahan konflik dan menjaga keteraturan global.

Jika dibandingkan, Realisme dan Neo-Realisme sama-sama menekankan pentingnya kekuasaan dan keamanan nasional, namun berbeda dalam titik fokusnya. Realisme lebih menyoroti sifat dasar manusia yang cenderung egois dan haus kekuasaan, sedangkan Neo-Realisme menekankan bahwa perilaku negara lebih ditentukan oleh struktur sistem internasional yang bersifat anarkis. Sementara itu, Liberalisme dan Neo-Liberalisme sama-sama percaya pada potensi kerja sama antarnegara, tetapi Neo-Liberalisme dianggap lebih realistis karena mengakui adanya anarki global dan berupaya mengatasinya melalui peran institusi serta aturan internasional.

Secara keseluruhan, keempat teori ini menawarkan cara pandang berbeda namun saling melengkapi dalam memahami dunia internasional. Realisme dan Neo-Realisme mengingatkan kita bahwa kekuasaan dan keamanan tetap menjadi inti dalam hubungan antarnegara, sementara Liberalisme dan Neo-Liberalisme menekankan pentingnya nilai, kerja sama, dan lembaga internasional dalam menciptakan stabilitas global. Bersama-sama, keempatnya membantu kita melihat gambaran yang lebih utuh tentang bagaimana negara dan aktor non-negara berinteraksi di panggung dunia. Dalam era global yang semakin terhubung dan kompleks, memahami keempat teori ini menjadi kunci untuk membaca arah perubahan politik, ekonomi, dan diplomasi internasional secara lebih kritis dan mendalam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun