Analisis Kimia Aspartame
Bagaimana memastikan kandungan aspartame dalam makanan dan minuman sesuai aturan? Di sinilah peran analisis kimia. Para peneliti menggunakan beragam metode, mulai dari cara yang praktis hingga metode dengan tingkat kompleksitas tinggi.
Metode yang paling sering digunakan adalah spektrofotometri UV-Vis. Prinsipnya, aspartame direaksikan dengan larutan khusus (ninhidrin) hingga membentuk warna ungu. Warna ini lalu "dibaca" oleh alat pada panjang gelombang tertentu untuk mengetahui kadar aspartame (Thohir dan Bakhru 2015).
Selain itu, ada juga teknik HPLC (High Performance Liquid Chromatography) yang lebih akurat, meski biayanya relatif mahal dan prosedurnya lebih rumit. Untuk produk minuman berkarbonasi, peneliti juga menggunakan Mass Spectrometry (MS) yang mampu mendeteksi senyawa hingga ke level sangat kecil. Bahkan, teknik elektroforesis kapiler juga sudah diterapkan dalam beberapa penelitian karena bisa memisahkan komponen dengan cepat (Pereiz et al. 2023).
Masing-masing metode punya kelebihan dan kekurangan. Spektrofotometri unggul karena murah dan sederhana, HPLC sangat presisi, sedangkan MS mampu memberikan informasi detail tentang struktur senyawa. Apa pun tekniknya, semua analisis tetap harus melalui tahap validasi agar hasil yang diperoleh benar-benar dapat dipercaya (Irawan dan Deddy 2006).
Dengan berbagai pendekatan ini, kandungan aspartame pada produk sehari-hari dapat dipastikan secara ilmiah, sehingga masyarakat tidak hanya mengandalkan informasi dari label, tetapi juga dari hasil uji laboratorium.
Jadi, Haruskah Kita Menghindarinya?
Aspartame memang menawarkan rasa manis tanpa kalori tinggi, tapi bukan berarti bebas risiko. Bagi orang sehat, mengonsumsi dalam batas wajar umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun bagi penderita kondisi khusus seperti PKU, aspartame sebaiknya dihindari.
Kuncinya tetap ada pada keseimbangan. Tidak ada salahnya menikmati minuman atau makanan dengan pemanis buatan sesekali, asal tidak berlebihan dan tetap diimbangi pola makan sehat. Lagi pula, sumber manis terbaik sebenarnya ada pada manis alami, misalnya buah-buahan segar, yang tidak hanya memberikan rasa manis tetapi juga kaya gizi.
Referensi