Mohon tunggu...
Amalia Salwa
Amalia Salwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maliki Malang

Little girl with big heart ♥

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nilai Jelek? Siapa Takut

14 Oktober 2022   17:18 Diperbarui: 14 Oktober 2022   17:57 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengutip dari Gramedia.com teori belajar ini sangat tekenal karena seorang guru sekarang dapat melihat perubahan yang terjadi pada kognitif atau mental seseorang. 

Oleh sebab itu, tak sedikit para guru yang menerapkan teori belajar ini. Ilmu ini akrabnya dikenal dengan teori belajar kognitif. Salah seorang penggagas teori ini adalah Piaget, tokoh psikolog asal Swiss. Beliau berkontribusi besar terhadap perkembangan pemikiran kognitif anak.

Dari teori kognitif ini kita bersama belajar bahwa anak tidak terlahir dengan tingkat kecerdasan kognitif yang sama, melainkan sangat berbeda menurut porsinya masing-masing. 

Perkembangan kognitif anak tentu tidak sama dengan tingkat kognitiif orang dewasa, maka dari itu tidak fair jika oaring dewasa membandingkan kemampuan mereka dengan anak-anak yang notabennya sedang dalam proses mencerna banyak hal baru.

Jika anak terus didorong untuk memproduksi nilai-nilai yang bahkan mereka sendiri tidak diberi kesempatan untuk memproses dan menanggapi keadaan sekitar bagaimana anak bisa tumbuh sebagai manusia yang memehami sebuah makna. 

Anak akan terus terdorong melakukan kecurangan hanya untuk memenuhi hasrat orang dewasa akan kesempurnaan, namun efeknya sangat tidak baik untuk perkembangan internal anak.

Lalu solusinya? Terus belajar memahami dan bersabar menjadi kunci bagi pendidik atau orang dewasa dalam mengarahkan perkembanagn anak. Memahami dengan cara tidak mendorong keinginan pribadi ke anak dan membiarkan mereka mencerna makna dalam proses belajarnya tanpa menuntut hasil yang perfect dan terus bersabar untuk membimbing anak agar mau mengekpresikan tanda tanya dalam pikirannya. Terus tambahakan ilmu-ilmu baru demi berkembangnya pikiran anak, hal ini akan sangat membantu peserta didik dalam proses belajarnya. 

Seperti yang penulis jelaskan di atas jika anak dipaksa memikul beban harapan yang berat namun bahkan tidak dibekali alas kaki tentu akan berdarah-darah dalam prosesnya, berbeda dengan anak jika diberi opsi bekal yang cukup dan peraturan “dilarang terburu-buru serta harus memahami setiap fenomena yang ditemu dijalan!” tentu akan berbeda hasilnya.

Referensi

Restu. Teori Belajar Kognitif dan Tokoh Yang Mengembangkanya, (Online), (https://www.gramedia.com/literasi/teori-belajar kognitif/#:~:text=Teori%20belajar%20kognitif%20merupakan%20teori%20belajar%20yang%20muncul,ada%20di%20dalam%20peset%20didik%20tidak%20bisa%20diamati.), diakses tanggal 13 Oktober 2022.

Nur Laeli. Teori Piaget: Tahapan Perkembangan Kognitif, (Online), (https://www.gramedia.com/literasi/teori-piaget/), diakses tanggal 23 Oktober 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun