Mohon tunggu...
Amalia Cintya
Amalia Cintya Mohon Tunggu... peneliti

setiap paragraf adalah jembatan dari pengalaman menuju pemahaman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Tak Akan Maju Jika Takut Berubah: Saatnya Hadapi Konflik sebagai Energi Inovasi

7 Juli 2025   16:28 Diperbarui: 7 Juli 2025   16:28 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto proses pembelajaran di sekolah

Sekolah adalah organisme hidup ia tak bisa membeku dalam kebiasaan lama. Dunia berubah terlalu cepat untuk lembaga pendidikan hanya menjadi penonton dari transformasi sosial, ekonomi, dan teknologi. Namun yang kerap terjadi, ketika perubahan menyapa, yang muncul justru penolakan, resistensi, dan konflik internal. Pertanyaannya, apakah ini sebuah bencana? Tidak selalu. Justru, di sanalah sumber daya terpendam untuk inovasi bisa ditemukan.

Dalam studi kami tentang perubahan organisasi dan konflik, kami menemukan satu benang merah penting: banyak lembaga pendidikan mandek bukan karena kekurangan visi, melainkan karena tidak siap menghadapi dampaknya---baik secara psikologis maupun struktural.

Perubahan organisasi di sekolah bisa datang dalam berbagai bentuk: penerapan kurikulum baru, digitalisasi manajemen, transformasi gaya kepemimpinan, hingga pembentukan tim inovatif seperti guru penggerak. Tapi seringkali, kepala sekolah dan guru mengalami guncangan karena perubahan itu datang tiba-tiba, tanpa komunikasi yang cukup, atau tanpa pelibatan yang bermakna.


Mengapa resistensi itu terjadi? Psikolog organisasi seperti Kurt Lewin (1947) dan William Bridges (2009) menjelaskan bahwa resistensi lahir dari kehilangan rasa aman. Guru atau tenaga pendidik takut kehilangan status, peran, bahkan identitas profesionalnya. Ini bukan sekadar soal teknologi atau metode, tapi soal emosi dan makna diri.

Namun, konflik yang muncul tidak selalu buruk. Thomas dan Kilmann (1974) bahkan menegaskan bahwa konflik bisa menjadi bahan bakar kreativitas---jika dikelola dengan tepat. Sayangnya, banyak pimpinan sekolah melihat konflik sebagai 'kegagalan komunikasi', bukan sebagai 'tanda adanya kebutuhan mendesak untuk perubahan sistemik'.

Alih-alih memadamkan konflik dengan sikap otoriter atau menghindarinya, sekolah harus membangun budaya dialog. Komunikasi terbuka, mediasi yang netral, dan pelatihan keterampilan interpersonal menjadi kebutuhan mendesak di satuan pendidikan saat ini. Ini sejalan dengan pendekatan transformasional yang digagas John Kotter (1996): perubahan yang efektif hanya terjadi jika ada sense of urgency dan keterlibatan kolektif.

Apa solusinya? Jangan mulai dari alat atau kebijakan, tapi dari manusia. Sediakan ruang aman bagi guru dan siswa untuk berbicara. Berikan pelatihan transformatif, bukan sekadar sosialisasi teknis. Bangun kepemimpinan yang melayani (servant leadership), bukan sekadar yang memerintah.

Jika sekolah ingin menjadi pusat inovasi dan karakter, maka kepala sekolah dan guru harus menjadi navigator perubahan bukan korban perubahan. Dan ya, konflik akan tetap ada. Tapi biarlah itu menjadi bukti bahwa sekolah sedang hidup, bergerak, dan tumbuh.

"Saatnya berhenti takut pada konflik. Saatnya mulai melihatnya sebagai tanda bahwa sesuatu sedang bergerak menuju lebih baik". 

Referensi diambil dari kajian ilmiah yang berjudul "Perubahan Organisasi dan Konflik dalam Organisasi" yang disusun oleh Halinis, S.Si Kepala Sekolah SMAN 4 Dumai dan Amalia Cintya Nurkomala, S.Pd Guru di SMAN 4 Dumai Kelas Jauh Batu Teritip. Kami bersama sebagai mahasiswa Magister Pedagogi Lancang Kuning University Pekanbaru Provinsi Riau.

Daftar Pustaka

Bridges, W. (2009). Managing Transitions: Making the Most of Change. Da Capo Press.

Deutsch, M. (1973). The Resolution of Conflict: Constructive and Destructive Processes. Yale University Press.

Fisher, R., & Ury, W. (1981). Getting to Yes: Negotiating Agreement Without Giving In. Penguin Books.

Kotter, J. P. (1996). Leading Change. Harvard Business Review Press.

Kbler-Ross, E. (1969). On Death and Dying. Macmillan.

Lewin, K. (1947). Frontiers in Group Dynamics. Human Relations, 1(1), 5--41.

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2013). Organizational Behavior (15th ed.). Pearson Education.

Thomas, K. W., & Kilmann, R. H. (1974). Thomas--Kilmann Conflict Mode Instrument. CPP, Inc.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun