Mohon tunggu...
Amalia Rizqi
Amalia Rizqi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aliran Maturidiyah berada diantara Aliran Mu'tazilah dan Al-Asy'ariyyah

3 Oktober 2018   11:42 Diperbarui: 3 Oktober 2018   12:37 4099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

A.Aliran Asy'ariyyah

1.Sejarah Lahirnya Aliran Asy'ariyah

Asy'ariyyah termasuk salah satu aliran terpenting dalam teologi islam, karena aliran ini sama dengan aliran Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah. Yang mayoritas golongannya berpegang teguh pada sunnah Nabi Muhammad SAW. Golongan asy'ariyyah menisbahkan kepada Abu al-Hasan al-Asy'ari sehingga beliau resmi menjadi pendiri aliran Asy'ariyyah.

Abu al-Hasan al-Asy'ari lahir di Bashrah pada tahun 260H/275M, ketika berusia 4o tahun, ia hijrah ke kota Baghdad dan wafat disana pada tahun 324 H/935M. Pada mulanya, beliau adalah murid Al-Jubba'i, salah seorang terkemuka dalam golongan mu'tazilah yang cerdas, sehingga al-Juba'i mempercayakan perdebatan mereka dengan lawan kepadanya. Namun setelah 40 tahun menganut paham mu'tazilah, al-Asy'ari memutuskan untuk meninggalkan ajaran tersebut. Menurut Hasbi dalam bukunya yang berjudul ilmu kalam "al-Subki dan Ibn 'Asakir mengatakan bahwa penyebab asy'ari meninggalkan mu'tazilah karena Pada suatu malam al-asy'ari bermimpi. Didalam mimpinya itu, al-Asy'ari bertemu dengan Rasulullah yang menyuruhnya untuk meninggalkan aliran tersebut (mu'tazilah) dan diperintahkan untuk membela sunnah Rasulullah" (2015:99). Sebab lain adalah perdebatan antara guru dengan murid yang tidak bisa menjawab pertanyaan muridnya, yaitu antara al-Juba'i dan al-asy'ari sendiri.

Terlepas kejadian tersebut al-asy'ari merasa ragu dan tidak puas lagi dengan aliran yang dianutnya selama ini. Ia memilih untuk mengasingkan diri di rumahnya selama lima belas hari untuk memikirkan ajaran mu'tazilah tersebut. Setelah selesai, ia pergi ke masjid dan naik ke mimbar untuk menyampaikan keputusannya, bahwa ia sudah memikirkan matang-matang untuk berpindah panutan menuju keyakinan baru dan meninggalkan keyakinan lama dengan mengatakan "saya melemparkan keyakinan yang selama ini saya anut sebagaimana saya melemparkan baju ini". Karna Asy'ari sendiri sangat mendambakan persatuan umat, sebab ia menghawatirkan Al-Qur'an dan Hadis menjadi korban dari paham-paham mu'tazilah yang semakin jauh dari kebenaran, menyesatkan dan meresahkan masyarakat itu sendir.

2.Doktrin-Doktrin Teologi Asy-Ariyah


a.Tuhan dan Sifat-sifatnya

Dalam hal ini asy'ari berbeda pendapat dengan mu'tazilah. Sifat sifat Allah yang 20 seperti al-'ilm (mengetahui) dan seterusnya. Sifat ini berada di luar Dzat Allah dan bukan dzat Allah itu sendiri. Maka Allah mengetahui bukan dengan dzatnya seperti pendapat mu'tazilah melainkan mengetahui dengan pengetahuannya.

b.Perbuatan Manusia

Menurutnya, seluruh perbuatan manusia atas kehendak Allah, Namun Asy'ary tetap mengakui bahwa adanya daya dalam diri manusia itu sendiri walaupun tidak efektif.

c.Tentang Dosa Besar

Menurrutnya, orang mukmin yang melakukan dosa besar masih dianggap orang mukmin, selama dia masih beriman kepada Allah SWT. Dan rasulnya. Namun ia hanya akan digolongkan orang 'ashi (durhaka). Sedangkan diampuni atau tidaknya dosa besar tersebut diserahkan kembali kepada Allah SWT.

3.Tokoh-tokoh Asy'ariyah

1.Al-Baqillaniy (wafat 403H/1013M)

2.Al-Juwainy (409H.-478H./1028 - 1085M.)

3.Al-Ghazali (450-505H.)

4.Al-Sanusy (833-895H./1427 - 1490M.)

B.Aliran Al Maturidiyah

1.Sejarah Munculnya Aliran Al Maturidiyah

Aliran Maturidiyah dinisbatkan kepada Imam Al-Maturidi, dengan nama lengkap Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud Al-Maturidi, lahir di Maturid kota kecil di daerah Samarkhan, wilayah Trmsoxiana di Asia Tengah yang sekarang biasa disebut Uzbexiztan. Tahun kelahirannya diperkirakan pertengahan abad ke-3 dan wafat pada tahun 333H/944 M. Karir pendidikan Al-Maturidi lebih difokuskan untuk menekuni bidang fiqh dan teologi. Dengan tujuan untuk memperkuat keyakinan dalam mengahadapi perkembangan teologi yang dipandang tidak sesuai dengan kaidah yang benar menurut akal dan syara'. Dan digurui oleh Nasyr bin Yahya Al-Balakhi.

Al-Maturidi merupakan salah satu sekte Ahl-Al-Sunnah Al-jamaah yang tampil bersamaan dengan Asy'ariyah. Maturidiyah dan Asy'ariyah lahir dalam kondisi sosial yang sama dan satu pemikiran. Kedua aliran ini datang untuk melindungi diri dari ajaran-ajaran yang dianggap menyimpang atau meresahkkan masyaraat yaitu mu'tazilah.

Sebenarnya al-Maturidi dengan al-Asy'ari sebaya, namun hanya berbeda tempat tinggal, maturidi berada di samarkhan, pengikut mazhab hanafi. sedangkan al-Asy'ari hidup di Basrah, Irak.

2.Doktrin-doktrin Teologi Al-Maturidiyah

a.Sifat Tuhan

Maturidiyyah cenderung mendekati faham mu'tazilah, perbedaannya hanya terletak pada pengakuan al-maturidi  tentang adanya sifat Tuhan, sedangkan mu'tazilah menolak adanya sifat Tuhan.

b.Perbuatan manusia

Dalam perbuatan manusia, al-Maturidi sependapat dengan golongan mu'tazilah bahwa manusia yang sebenarnya mewujudkan perbuatan-perbuatannya sendiri.

c.Tentang dosa besar

Al-Maturidiyah berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak akan selamanya dineraka, karna Allah sudah menjanjikan akan memberikan balasan sesuai dengan perbuatannya di dunia. Orang yang kekal di neraka hanya orang-orang kafir atau murtad.

3.Tokoh-tokoh Al-Maturidiyah

Abu Al-Yusr Muhammad al-Badzawi lahir 421 H dan wafat 493 H. Beliau adalah tokoh yang paling penting dialiran ini. Badzawi sendiri mempunyai beberapa murid, salah satunya Najm al-Din Muhammad al-Nasafi. Namun tidak selamanya badzawi sepaham dengan maturidi itu sebabnya aliran maturidiyah sendiri terpecah menjadi dua golongan yaitu golongan Samarkhan yang mengikuti paham-paham al-Maturidi dan golongan Bukhara yang mengikiti paham al-Badzawi.

Tokoh golongan Samarkhan yaitu Muhammad Ibn Muhammad Mansur al-Maturidi. Golongan ini mempunyai pemikiran yang lebih rasional. Mereka menganggap bahwa akal mempunyai daya yang bisa diandalkan untuk menginterprestasi secara bebas terhadap ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis serta bebas bergerak menyesuaikan perubahan kondisi lingkungan masyarakat bagi penganutnya. Berbeda dengan golongan Bukhara yang sedikit tradisional karena tidak bebas artinya masih terikat dengan norma-norma. Ketika menyelesaikan masalah mereka menggunakan teks wahyu dan kemudian dibawa ke argumen-argumen rasional tersebut. Itulah sebabnya, aliran maturidiyah berada ditengah-tengah aliran mu'tazilah dan Al-asy'ariyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun