Mohon tunggu...
Amalia NabilahFatin
Amalia NabilahFatin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa psikologi

saya mahasiswi psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Sugesti dan Sentuhan Kasih Sayang dalam Mengatasi Tantrum pada Anak Hyperactive

2 Juni 2022   14:50 Diperbarui: 2 Juni 2022   15:01 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENERAPAN SUGESTI DAN SENTUHAN KASIH SAYANG DALAM MENGATASI TANTRUM PADA ANAK HYPERAKTIVE

 

Maufidatul Hasana, Aji Zulhaqim, Amalia Nabilah Fatin, Lela Nurafifah

Fakultas Psikologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

ABSTRAK

Setiap anak akan melewati tahap perkembangan sesuai dengan usia nya. Menurut Erikson dalam Wade, Tavris & Garry (2014) bahwasannya setiap anak tentu akan melewati delapan fase dalam hidupnya antara lain yaitu kepercayaan versus ketidakpercayaan; otonomi versus ragu-ragu; inisiatif versus rasa bersalah; kompetensi versus inferioritas; identitas versus kebingungan identitas; keintiman versus isolasi; generativitas versus stagnasi; dan integritas ego versus keputusasaan. Salah satu aspek emosional pada tahap perkembangan anak sering ditemui pada usia pra-sekolah, yang mana biasanya pada anak di usia ini temper tantrum dialami seperti menangis, guling-gulin, berteriak, dan berkata kasar. Biasanya ada orangtua yang kesulitan dala mengatasi anak yang sedang temper tantrum. Penelitian  ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian sugesti dan sentuhan kasih sayang dapat mengatasi tantrum pada anak hiperaktif. Dan penelitian ini didasarkan pada argumen bahwa pengambilan sikap yang tepat oleh orang tua pada saat anak mengalami tantrum akan mampu mengatasi kondisi tantrum tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus (case study) adalah penelitian tentang status subjek yang berkenaan dengan suatu fase spesifik dari keseluruhan personal. Metode pengumpulan data nya melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

Kata Kunci: Anak, Perkembangan, Tantrum, Hyperaktif, Penanganan, dan kasih sayang

PENDAHULUAN

Pada setiap anak tentu akan melewati tahap-tahap perkembangan selama hidupnya, mengenai perkembangan penting bagi setiap orang tua untuk mengetahui dan memahami pentingnya tahap-tahap perkembangan pada anak. Karena hal tersebut akan menentukan cara orang tua dalam mengambil sikap untuk mengatasi setiap perilaku pada anaknya. Menurut Erikson dalam Wade, Tavris & Garry (2014) bahwasannya setiap anak tentu akan melewati delapan fase dalam hidupnya antara lain yaitu kepercayaan versus ketidakpercayaan; otonomi versus ragu-ragu; inisiatif versus rasa bersalah; kompetensi versus inferioritas; identitas versus kebingungan identitas; keintiman versus isolasi; generativitas versus stagnasi; dan integritas ego versus keputusasaan. Yang mana pada setiap fasenya memiliki ciri berupa tantangan psikologis yang pada dasarnya harus diselesaikan sebelum melanjutkan pada fase selanjutnya. Dan menurut Wade, Tavris & Garry (2014) dalam perkembangan anak terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek emosional seperti kelekatan; aspek kognitif seperti perkembangan Bahasa dan berpikir; aspek moral seperti pengedalian diri dan hati Nurani; aspek gender. Ketiga aspek tersebut distimulasi dengan baik agar tahap perkembangan anak berlangsung dengan baik.

 Salah satu aspek emosional pada tahap perkembangan anak sering ditemui pada usia pra-sekolah, yang mana biasanya pada anak di usia ini temper tantrum dialami seperti menangis, guling-gulin, berteriak, dan berkata kasar. Pada kondisi seperti itu orang tua sering kali mengalami kesulitan dalam mengatasinya. Dan tidak jarang orang tua salah dalam mengambil sikap ketika menghadapi anak dengan kondisi temper tantrum ini, seperti memberikan hukuman kepada anak berupa hukuman verbal seperti kata-kata kasar dan bahkan hukuman fisik seperti memukul, mencubit dan lain sebagainya. hal tersebut justru akan memperparah kondisi perilaku tantrum anak (Fithriyah, Setiawati, & Yuniar, 2019). Temper 4 tantrum sendiri dapat dikatakan normal jika hanya berlangsung selama perkembangan pada usia 1 hingga 4 tahun yang mana pada usia tersebut tugas perkembangan anak adalah berupa pengendalian emosi dalam menghadapi emosiemosi negatif seperti kebingungan, putus asa, kemarahan, bosan dan lain sebagainya dan hal tersebut hanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Dan bagi anak yang mengalami temper tantrum hingga usia lima tahun dan kondisi tersebut bertahan hingga 15 menit atau lebih, dan pada kondiis tersebut anak mengalami kegagalan dalam meregulasi emosinya, yang kemudian memunculkan perilaku impulsive, hyperactive, dan sulit untuk ditenangkan (Fithriyah, Setiawati, & Yuniar, 2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun