Filantropi ala Freeport Indonesia di Tanah Papua

Dana tersebut disalurkan melalui Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK). LPMAK merupakan organisasi nirlaba yang terdiri dari tiga badan utama (Badan Musyawarah, Badan Pengurus dan Tim Sekretariat Eksekutif) beranggotakan wakil-wakil pemerintah lokal, para tokoh Papua, pemimpin lokal masyarakat Amungme dan Kamoro, dan PT Freeport Indonesia.

Kontribusi dana kemitraan untuk pengembangan masyarakat Papua. (Sumber: PTFI)

"Sebagai  kontribusi Freeport dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat lokal, maka 1% dari hasil perusahaan sebelum dipotong pajak dan kewajiban lainnya dialokasikan sebagai dana pengembangan masyarakat," jelas Senior Vice President Community Affairs PT Freeport Indonesia, Claus Wamafma.

LPMAK dengan pendampingan dari Freeport melaksanakan program pengembangan masyarakat asli Mimika yaitu Suku Amungme dan Kamoro serta lima suku kekerabatannya yaitu Dani, Damal, Moni, Mee dan Nduga yang berkelanjutan di Kabupaten Mimika, Papua.

Program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan mencakup bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan infrastruktur. Total dana pengembangan masyarakat yang dialokasikan oleh PTFI sejak 1992-2017 mencapai US$ 1,56 miliar.

Alokasi dana Freeport untuk pengembangan masyarakat. (Sumber: PTFI)

Pada bidang kesehatan, dana pengembangan masyarakat digunakan untuk membangun dan mengoperasikan 2 Rumah Sakit, 3 Klinik Umum, 2 Klinik Spesialis yang memberikan pelayanan kesehatan gratis serta membangun sanitasi dan penyediaan air bersih.

Kehadiran rumah sakit dan klinik tersebut telah dirasakan manfaatnya bagi masyarakat setempat dengan 70% penurunan kasus malaria dalam kurun 2011-2014 dan 91% dalam pengobatan TB dan juga penanganan pasien HIV.

Bersama LPMAK, Freeport membangun juga Klinik Terapung menggunakan kapal yang bisa beroperasi ke sejumlah titik yang dapat terjangkau kapal serta menyediakan Dokter Terbang. Dokter terbang ini disiagakan untuk menangani pasien yang memerlukan pertolongan dengan mengirimkan dokter dan tim medis menggunakan helikopter.

Untuk bidang pendidikan, dana kemitraan dialokasikan untuk beasiswa, membangun dan mengelola asrama, operasional pendidikan dan membangun Balai Latihan Kerja (BLK) Nemangkawi.

Melalui Institut Pertambangan Nemangkawi yang didirikan, Freeport juga telah menghasilkan lebih dari 2.928 lulusan, yang sebagian besarnya telah bekerja di perusahaan dan kontraktornya. Institut Pertambangan Nemangkawi menerima 91% siswa asli Papua dengan membuka 20 jenis keterampilan.

Apriton Komangal, salahsatu penerima beasiswa dari Freeport bersama pendamping dari LPMAK. (Foto: Amad S)

Di sektor ekonomi, Freeport melalui LPMAK telah menggelontorkan Rp 233,4 miliar untuk 6.683 Kelompok Usaha dalam Program Ekonomi Mandiri dan Dana Bergulir.  Selain itu juga membina 162 pengusaha mikro, kecil dan menengah, serta bantuan untuk pengembangan 186 hektar lahan Kakao, 23,4 hektar lahan Kopi dan 80.000 ayam ternak.

Kontribusi Freeport dalam pemberdayaan perempuan Papua dan melestarikan rajutan tangan Noken. (Foto: Amad S)

Di bidang infrastruktur, Freeport Indonesia sejak tahun 1997 telah membangun 3.200 unit rumah lengkap dengan fasilitas umum dan fasilitas sosialnya. Selain itu juga membangun 2 lapangan terbang perintis di Desa Tsinga dan Aroanop, serta dukungan membangun komplek olahraga di Timika senilai US $ 33 juta untuk nantinya akan digunakan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 di Papua.

AMAD S