Mohon tunggu...
Alzeiraldy Idzhar Ghifary
Alzeiraldy Idzhar Ghifary Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

"Jangan berhenti tangan mendayung, nanti arus membawa hanyut" –M. Natsir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Generasi Muda, Pemimpin Dunia

28 Oktober 2021   08:26 Diperbarui: 17 Juni 2023   04:18 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Berbicara tentang Pemuda rasanya takkan habis dimakan usia, sebab ia generasi yang tumbuh sebagai konsekuensi dari siklus kehidupan manusia, ia akan ada, dan selalu ada. Mendengar kata Pemuda, tentu yang terbayang di benak kita merupakan sosok kuat, tangguh, cerdas, visioner, berani, dan banyak hal positif lainnya. Pemuda dikenal dengan ide, gagasan, kreatifitas, inovasi, juga kondisi fisiknya yang energik serta memiliki semangat juang yang kuat.

Bagi sebuah bangsa, pemuda adalah pilar penting. Sebuah perjuangan, apapun ideologi atau cita-cita yang diperjuangkan, hampir mustahil berhasil tanpa peranan anak muda. Hasan Al-Banna, seorang Ulama Mesir mengatakan, "Dalam setiap kebangkitan, pemuda ialah rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda ialah pengibar panji-panjinya". Adagium tersebut menggambarkan bagaimana dahsyatnya peranan pemuda. Pemuda adalah rahasia kebangkitan dan sumber mata air kehidupan suatu bangsa.

Karena itu, jika berbicara pemimpin, tentu amat sulit dipisahkan dengan pemuda. Dengan berbagai keunggulan dan kelebihan yang dimilikinya, pemuda memiliki modal kuat untuk berhasil menjadi seorang pemimpin. Baik itu memimpin organisasi, perusahaan, lembaga, atau bahkan negara. Seperti yang dikatakan Tjokroaminoto, bahwa pemuda ditakdirkan menjadi pemimpin.

Generasi Muda Memimpin

Sejarah telah membuktikan bagaimana etalase kepemimpinan dunia banyak diisi para pemuda. Jean-Claude Duvalier menjadi Presiden Haiti di usia 19 tahun, Milo Dukanovic Perdana Menteri Montenegro di usia 29 tahun, Jean-Baptiste Bagaza menjadi Presiden Burundi di usia 30 tahun, dan Muammar Gaddafi yang memimpin Revolusi Libya ketika berusia 27 tahun.

Dalam sejarah Indonesia, pemuda tak diragukan lagi menjadi aktor utama di pentas sejarah bangsa, terkhusus perjuangan para pemuda dalam mendobrak belenggu penjajahan, dari pra kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan. Soetomo menggagas dan memimpin Boedi Utomo pada usia 20 tahun, organisasi yang ia dirikan bersama teman-temannya di STOVIA pada tahun 1908, di mana kelak hari lahirnya pada 20 Mei diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional.

Lalu, Soegondo Djojopoespito memimpin Kongres Sumpah Pemuda 1928, yang menyatukan para pemuda-lintas agama, suku, etnis, dan golongan, dari seluruh penjuru Nusantara, pada usia 23 tahun, di mana peristiwa tersebut menjadi tonggak awal mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia yang kemudian diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta pada 17 Agustus 1945.

Demikian halnya dalam sejarah Islam, banyak yang menjadi pemimpin di usia muda. Harun Ar-Rasyid berusia 22 tahun ketika memimpin Dinasti Abbasyiah, imperium raksasa yang kekuasaannya meliputi Asia, Afrika, dan Eropa. Usamah bin Zaid memimpin tokoh sekaliber Abu Bakar dan Umar dalam pertempuran melawan Romawi pada usia 19 tahun. Dan yang begitu terkenal, Sultan Muhammad Al-Fatih, memimpin Dinasti Utsmaniyah pada usia 18 tahun, lalu menaklukan salah satu peradaban besar dunia, Konstantinopel-Ibukota Imperium Byzantium, pada usia 23 tahun.

Mereka merupakan pemuda-pemuda luar biasa, yang memiliki semangat tinggi untuk meraih mimpi dan cita-cita. Pemuda yang berani tampil ke depan, mengambil resiko, melewati berbagai tantangan, menaklukan beragam ujian, demi mencatatkan namanya dalam sejarah dengan tinta-tinta keberhasilan, hingga kemudian namanya dikenang oleh banyak orang dari generasi ke generasi.

Potensi Pemuda Indonesia

Menurut UU RI Nomor 40 tahun 2009: "Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun". Pada tahun 2020 data BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat bahwa jumlah pemuda Indonesia mencapai 64 juta jiwa. Jumlah yang besar tersebut diprediksi akan terus bertambah hingga puncaknya di tahun 2045 nanti, yang disebut demographic boom, di mana jumlah usia produktif lebih banyak dibanding usia anak-anak dan orang tua.

Hal ini tentu peluang strategis yang jika bisa dimanfaatkan dengan baik akan memberikan perubahan signifikan, menuju era Indonesia Emas, sebagaimana yang dicita-citakan. Mengingat tahun 2045 juga, Indonesia tepat berusia 100 tahun. Di mana momentum usia satu abad sering disebut puncak kejayaan suatu bangsa. Oleh karenanya, perencanaan yang matang perlu dimulai sejak saat ini, dan pemudalah yang memiliki tanggung jawab moral serta intelektual untuk menyiapkannya.

Sebuah pepatah mengatakan; setiap masa ada tantangannya dan setiap masa ada pemimpinnya. Kini, dunia tengah memasuki masa transisi dari generasi Z (lahir tahun 1995-2010an) menuju generasi Alpha (2010-sekarang), yang tahun 2025 diprediksi mencapai 2 miliar orang, generasi yang sangat bergantung pada teknologi, generasi paling berpengaruh dalam kehidupan manusia, dan sebentar lagi mengendalikan dunia. Tentu perlu perencanaan dan strategi yang tepat untuk mencetak generasi unggul berkualitas dan kompetitif dalam persaingan global kedepannya.

Sebab tantangan ke depan tentu takkan mudah, kemajuan dunia yang serba terintegrasi, ditandai dengan dimulainya revolusi industri 4.0 dan Society 5.0, di mana perkembangan teknologi digital, robotic, Internet of Things (IoT), dan artificial intelligence begitu pesat, ditambah adanya ancaman instabilitas yang disebabkan dinamika politik global, persaingan pasar bebas, cyber crime, dan asymmetric wars, menjadi tantangan besar bagi generasi muda kedepan.

Karenanya, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, dan tantangan yang dihadapi juga semakin berat. Hanya pemuda-pemuda yang hebat dan kuatlah yang mampu melewati arus zaman tersebut. Di era disrupsi, eksistensi dan kontribusi pemuda akan diuji. Dibutuhkan pemuda yang transformatif, zeitgeist (selaras dengan perkembangan zaman), kreatif, inovatif, dan cerdas dalam memecahkan masalah untuk menjadi ujung tombak menaklukannya.

Semangat Kaum Pemuda

Dari berbagai peristiwa di atas, bisa dikatakan bahwa kesuksesan suatu bangsa ditentukan kondisi para pemudanya. Jika pemudanya berjiwa besar, memiliki sifat kepemimpinan, semangat juang kuat, maka bangsa itu akan maju dan mampu memimpin dunia. Sebab para pemuda adalah aset dan potensi sumber daya yang besar. Pemuda harus menjadi sumbu api menyala yang menerangi dunia, yang menentukan arah suatu bangsa.

Intelektualitas, spiritualitas, semangat kolaborasi, serta optimisme yang kuat, harus dimiliki para pemuda. Intelektualitas tanpa spiritualitas sangat rawan terbawa pada arus kebebasan dan gaya hidup hedonisme yang melenakan. Pun spiritualitas saja, tanpa diiringi kekuatan intelektualitas tak dapat membaca turbulensi zaman. Semangat kolaborasi menjadi kunci, dengan menghimpun segenap potensi, mengakumulasi karya inovasi. Dan semua itu diiringi optimisme yang kuat sebagai bahan bakarnya.

Terakhir, kutipan orasi Presiden Soekarno agaknya masih relevan untuk kita jadikan pemantik semangat para pemuda, "Beri aku 1000 orang tua, maka akan ku cabut gunung Semeru beserta akarnya, beri aku 10 pemuda, maka akan ku guncangkan dunia!". Semoga kita mampu menjadi generasi muda yang mampu menjadi kontributor peradaban, memimpin dunia, menjayakan Indonesia. Onward! No Retreat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun