Dengan perkembangan kecerdasan buatan dalam beberapa tahun terakhir, para profesional pendidikan bertanya-tanya: akankah ini berdampak pada karier guru? Sebuah pertanyaan yang selalu terngiang yang seolah-olah telah menjadi ancaman pada semua karier guru, bukan hanya di Indonesia, tapi juga bagi guru diseluruh dunia.
Banyak yang telah menulis tentang potensi AI untuk menggantikan guru, tetapi para pendidik sendiri tidak sependapat.
Dalam kesempatan ini, kita akan membahas beberapa alasan utama mengapa kecerdasan buatan belum mampu menggantikan guru.
Mengajar lebih dari sekadar menyampaikan informasi dari seorang guru "ahli" kepada siswa.
Guru mendukung siswa dengan berbagai cara dan dapat bertindak sebagai tutor, psikolog, dan sekadar mentor, memberikan bimbingan dan dukungan. Peran guru adalah menjadi motivator dan penyedia dukungan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu setiap siswa. Keterampilan "manusia" yang unik ini tidak dapat digantikan oleh kecerdasan buatan, dan keterampilan ini sangat penting untuk membangun kepercayaan dan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi setiap siswa.
Setiap siswa itu unik
Mengajar siswa sekolah dasar atau siswa penyandang disabilitas bukanlah tugas yang cocok untuk semua orang. Setiap siswa membutuhkan pendekatan yang unik. Berbeda dengan program komputer, guru dilatih untuk menerapkan pengetahuan mata pelajaran dan empati mereka secara holistik.
Penting bagi guru untuk memahami konsep-konsep seperti motivasi, kebutuhan, kondisi emosional, temperamen, disabilitas, dan sebagainya.
Kolaborasi, Kerja Sama Tim, dan Peningkatan Berkelanjutan
Meskipun program AI terbaru mungkin memiliki akses ke seluruh basis pengetahuan internet dan terus berkembang, hal yang sama berlaku bagi guru dan profesi guru secara keseluruhan. Guru terus berkembang sepanjang karier mereka. Mereka juga memiliki kesempatan untuk berkolaborasi dengan rekan kerja lain, berbagi ide dan rencana pembelajaran, berinteraksi dengan siswa mereka di luar kurikulum, dan merencanakan kegiatan yang mendorong kerja sama tim dan menanamkan keterampilan seumur hidup pada anak-anak. Tingkat keterlibatan ini tidak akan pernah tergantikan oleh perangkat lunak.