Di zaman yang menuntut kita untuk serba cepat, dibutuhkan berbagai macam teknologi yang membantu mempermudah aktivitas kita. Salah satunya dalam memenuhi kebutuhan pangan kita.
Jika dahulu memanaskan makanan membutuhkan waktu yang tidak sebentar baik dengan oven ataupun panci, saat ini ada alat bernama microwave. Penggunaan microwave cukup mudah.
Sambungkan kabel ke sumber listrik, masukkan makanan ke dalam wadah yang sesuai, buka pintu microwave, masukkan makanan, tutup pintu, atur waktu, dan tekan tombolnya. Maka anda dapat mengerjakan hal lain sembari microwave melakukan tugasnya. Setelah selesai, microwave akan berbunyi dan berhenti bekerja. Mudah bukan?
Tidak hanya praktis, waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan makanan juga cenderung lebih singkat sehingga lebih hemat energi. Oleh karena itu, microwave kian diminati oleh masyarakat. Namun, seberapakah kita mengenali microwave? Bagaimana cara alat ini bekerja serta pengaruhnya bagi makanan dan kesehatan kita? Â
Apa itu microwave?Â
Microwave merupakan salah satu alat memasak yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik dalam melakukan tugasnya. Microwave menggunakan gelombang non-ionisasi elektromagnetik untuk menggetarkan air pada makanan sehingga menghasilkan panas. Meski begitu, bukan berarti panas yang dihasilkan datang dari dalam ke luar makanan. Microwave tetap akan memanaskan makanan dari bagian luar makanan, kemudian panas tersebut akan menyebabkan kandungan air dibawahnya bergetar dan bergesekan sehingga menghasilkan panas. Oleh karena itu, tetap penting memastikan semua bagian makanan panas merata saat dihangatkan.
Kelebihan dari penggunaan gelombang elektromagnetik ini adalah ia dapat menembus melewati wadah yang berbahan kaca, kertas, keramik atau beberapa jenis plastik. Sehingga, wadah yang digunakan saat memanaskan makanan tidak ikut menjadi panas. Jika anda merasakan panas pada wadah yang disebutkan, bisa jadi akibat penghantaran panas dari makanan yang dipanaskan.
Hati-hati dalam menggunakan wadah berbahan plastik. Pastikan bahwa wadah plastik yang digunakan sesuai untuk penggunaan microwave. Hal ini penting karena penggunaan wadah plastik yang tidak tepat memiliki risiko meleleh saat dipanaskan dan terbawa ke dalam makanan. Selain itu, hindari juga penggunaan barang berbahan metal ataupun alumunium foil dalam memanaskan makanan karena berisiko menyebabkan pemanasan yang tidak merata.
Efek microwave pada kesehatanÂ
Cara kerja microwave yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik tidak jarang membuat masyarakat bertanya-tanya, apakah dampak gelombang ini bagi diri kita? Bahkan, terdapat anggapan bahwa microwave memancarkan radiasi yang dapat menyebabkan kanker. Anggapan ini merupakan miskonsepsi yang perlu diluruskan.
Terdapat dua jenis radiasi yakni radiasi yang terionisasi dan tidak terionisasi. Radiasi yang terionisasi contohnya adalah yang dipancarkan oleh mesin diagnostik seperti mesin rontgen. Sedangkan yang tidak terionisasi umumnya kita temukan sehari-hari, seperti televisi, lampu dan microwave. Radiasi yang tidak terionisasi secara umum tidak menyebabkan perubahan molekul pada tubuh. Institut Kanker Nasional Amerika menyebutkan bahwa radiasi yang tidak terionisasi tidak menyebabkan kanker. Selain itu, Asosiasi Kanker Amerika juga memperkuat pernyataan tersebut dan menegaskan bahwa penggunaan microwave sesuai dengan fungsinya tidak meningkatkan risiko terjadinya kanker.
Penelitian juga meneliti mengenai dampak pada makanan akibat pemanasan dengan microwave. Â Secara umum, semua proses memasak pasti akan mengubah struktur makanan yang diolah. Perubahan nutrisi juga dapat terjadi. Namun, karena microwave tidak menggunakan air tambahan, hanya dari air pada makanan itu sendiri, serta membutuhkan waktu yang singkat, nutrisi yang terkandung dari makanan tersebut cenderung lebih terjaga.
Beberapa jenis vitamin terutama larut air seperti B dan C, dikatakan tersimpan lebih baik dalam makanan karena tidak adanya air tambahan dalam proses memanaskan makanan. Selain itu, vitamin lain yang sensitif terhadap suhu seperti vitamin E juga mendapatkan manfaat yang sama dari durasi pemanasan yang lebih singkat. Beberapa jenis antioksidan juga dikatakan memiliki aktivitas yang lebih baik pada makanan yang dipanaskan dengan microwave.
Mengenal acrylamide yang dikhawatirkan
Di balik kelebihan microwave tersebut, terdapat kekhawatiran akan zat bernama acrylamide yang disebutkan dihasilkan oleh penggunaan microwave. Acrylamide ternyata tidak hanya dihasilkan dari penggunaan microwave saja. Namun, proses pemasakan lain yang menggunakan panas tinggi terutama menggoreng dan memanggang juga menghasilkan acrylamide. Sedangkan, proses merebus dan mengukus cenderung tidak menghasilkan acrylamide.
Acrylamide merupakan senyawa yang dihasilkan dari pemanasan bersuhu tinggi pada gula dan asam amino bernama aspargine. Jadi, tidak semua bahan makanan menghasilkan acrylamide saat dimasak. Beberapa jenis makanan yang menghasilkan acrylamide saat pengolahan yakni produk biji-bijian, kentang, atau kopi. Sedangkan produk daging, susu, atau ikan tidak menghasilkan acrylamide.
Penelitian pada hewan coba menyebutkan bahwa acrylamide dalam jumlah besar merupakan zat karsinogenik. Meskipun belum diketahui berapa jumlah acrylamide yang meningkatkan risiko kanker, jumlah yang ditemukan pada penelitian jauh lebih tinggi dari jumlah yang ada pada makanan. Hingga saat ini, masih diteliti berapakah batas keamanan zat acrylamide. Â
Beberapa penelitian juga memberikan hasil yang kontradiktif mengenai jumlah acrylamide yang dihasilkan melalui pemanasan makanan dengan microwave. Durasi pemanasan dikatakan ikut mempengaruhi jumlah acrylamide yang dihasilkan. Maka, amat disarankan untuk memanaskan makanan dalam microwave sesuai waktu yang disarankan untuk meminimalisir pembentukan acrylamide.Â
Penggunaan microwave yang amanÂ
Demi mendapatkan manfaat terbaik dari penggunaan microwave, tentunya perlu diketahui cara penggunaan yang aman. Beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni
- Pastikan microwave anda masih bekerja dengan baik
- Hindari penggunaan wadah plastik dalam memanaskan makanan
- Pastikan pintu microwave tertutup saat sedang beroperasi
- Jangan berdiri terlalu dekat dengan microwave saat sedang beroperasi,
Sedangkan cara untuk mengurangi risiko paparan acrylamide, hingga saat ini belum ada himbauan spesifik terutama dari Badan Pengawas Obat Amerika atau FDA. FDA sendiri tidak menyarankan untuk menghindari konsumsi biji-bijian terutama whole grain karena penting sebagai sumber serat. Tetap disarankan untuk konsumsi makanan rendah lemak jenuh, lemak trans, kolestrol, garam, dan gula tambahan.
Namun, beberapa cara ini dapat dipertimbangkan seperti
- Menghindari makanan olahan kentang seperti kentang goreng dan keripik goreng
- Hindari memanggang roti terlalu lama
- Memanaskan kentang secara utuh beserta kulitnya pada microwave dikatakan tidak menghasilkan acrylamide
- Merendam kentang sebelum dipanggang atau digoreng juga dikatakan menghasil acrylamide yang lebih sedikit. Namun, hati-hati dengan cara menggoreng dimana adanya air akan menyebabkan letupan saat menggoreng
- Kopi sendiri dikatakan hanya akan menghasilkan acrylamide jika biji kopi dipanggang bukan diseduh
Pada akhirnya, microwave merupakan salah satu modalitas yang dapat dipilih dalam menunjang aktivitas kita yang semakin cepat. Meski begitu, dampaknya akan kesehatan merupakan poin penting dalam penggunaannya. Maka, penggunaan secara bijak dan sesuai dengan aturan yang disarankan menjadi penting dalam memaksimalkan pemanfaatannya. Â Akhirnya, Â pola hidup sehat dan pemilihan makanan yang lebih sehat merupakan poin penting dalam menjaga kesehatan kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI