Bukan Sekadar Pencitraan
Tentu ada yang menganggap pendekatan ini sebagai pencitraan politik, apalagi mengingat posisi Kang Dedi sebagai tokoh publik dan politisi. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah konsistensi dan keberlanjutan dari narasi yang dibawanya. Ia telah memulai ini sejak lama, bahkan saat menjabat Bupati Purwakarta dulu, dengan menanamkan nilai-nilai budaya Sunda dalam birokrasi dan pendidikan.
Selama pesan yang disampaikan membawa dampak positif dan menginspirasi publik untuk peduli pada lingkungan, maka niat baiknya layak diapresiasi. Terlebih lagi, pendekatan ini mencerminkan kebutuhan akan komunikasi yang lebih menyentuh akar budaya masyarakat, bukan hanya jargon semata.
Penutup: Saatnya Meniru, Bukan Sekadar Menonton
Apa yang dilakukan Kang Dedi Mulyadi adalah contoh bahwa pelestarian lingkungan bisa dikomunikasikan dengan cara yang lebih humanis dan menyenangkan. Kita tidak harus selalu membuat kampanye besar-besaran atau jargon formal. Terkadang, cukup dengan satu video pendek yang jujur, menyentuh, dan membawa pesan yang kuat, kita bisa mengubah cara orang memandang lingkungan.
Budaya populer, jika digunakan dengan bijak, bisa menjadi kendaraan yang ampuh untuk gerakan sosial. Dalam kasus Kang Dedi, budaya lokal menjadi pondasi, media digital menjadi sayapnya. Dan hasilnya: kesadaran ekologis menyebar, tidak lewat seminar, tapi lewat cerita yang hidup.
Karena menjaga bumi bukan sekadar tugas pemerintah atau aktivis, tapi juga tanggung jawab budaya kita sebagai manusia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI