Mohon tunggu...
Alya Rahma Moedjiyanti
Alya Rahma Moedjiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - UMY 2019

A girl with thousand dreams

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Kisah Surat, Tetap Semangat Mengayuh Becak di Tengah Pandemi

26 Desember 2020   22:11 Diperbarui: 28 Desember 2020   22:48 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat (58) saat berada di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) (Foto: Alya Rahma Moedjiyanti)

"Ya prinsip saya itu, saya harus bekerja. Daripada saya cuma duduk-duduk di rumah, ya mending saya ngayuh becak. Ya, cari uang buat keluarga di rumah," ujarnya dengan mata yang sedikit sayu.

Setiap hari, dari pagi sampai sore, Surat bekerja sebagai pengayuh becak di sekitar objek wisata TBY. Namun, akibat pandemi ini, ia hanya bekerja sampai siang hari.

"Kalau biasanya ya saya dari pagi sampai sore. Dulu saya pernah sampai malam karena lagi ramai. Tapi karena lagi pandemi gini, jadi sepi. Wisatawan gak banyak, pendapatan menurun. Ya saya terpaksa pulang cepat," paparnya.

Penghasilannya dari mengayuh becak pun tidak menentu dan tidak sebanyak hari biasanya. Terkadang ia pulang dengan membawa uang yang hanya pas-pasan untuk makan.

"Waduh, kalau untuk pendapatan ya tidak menentu. Apalagi ya lagi musim Corona kayak gini. Kalau rame ya syukur, kalau sepi ya mau gimana lagi. Kadang uang cuma pas untuk beli wedangan aja. Ya bagi saya, semua harus disyukuri. Mau dapat berapa pun ya syukuri aja," tandasnya dengan tawa kecil.

Walaupun demikian, ada saja rejeki yang datang. Terkadang ada penumpang yang berbaik hati memberi uang lebih, ada juga yang memberikan jajanan untuk dinikmati dikala sedang beristirahat. Namun, ada juga penumpang yang masih menawar tarif becak dan terkadang tidak mau memberi uang kembalian.

"Alhamdulillah, kadang ya ada orang yang baik hati ngasih uang lebih. Ada juga yang ngasih jajan buat saya. Kadang juga ada orang yang agak anu sih, pelit gitu. Suka nawar kebangetan gitu," tuturnya sambil tersenyum.

Sejak masih muda, Surat sudah terdidik untuk mandiri. Di saat anak-anak seumurannya sedang asik dengan dunia bermain, ia terpaksa membantu orangtuanya mencari nafkah.

Ia pun berjuang mencari nafkah dengan berjualan ikan hasil tangkapannya. Selain itu, ia juga pernah berjualan jajanan sekolahan dan menjadi kuli pasar.

"Saya sejak kecil sudah bantu orang tua cari uang. Engga boleh manja, pokoknya harus mandiri. Bantu-bantu jualan ikan, jajanan, sama jadi kuli pun juga pernah. Yang penting fokus cari uang, selama itu didapat dengan cara halal," tegasnya.

Surat mengatakan bahwa, ia melakoni profesinya sebagai pengayuh becak dengan senang hati. Ia menyampaikan keinginannya untuk mengganti becak sepedanya dan beralih menjadi pebecak motor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun