Mohon tunggu...
Alya Zahra Alviera Kusumah
Alya Zahra Alviera Kusumah Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Hobi saya mendengarkan lagu

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kesetaraan Gender

4 November 2022   10:01 Diperbarui: 4 November 2022   10:04 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Bermula dari laki-laki yang sering dikatai pemalas dan perempuan yang kerap kali dikatai lemah sudah termasuk ke dalam bentuk perbedaan. Perbedaan sendiri menurut Wikipedia adalah konsep kunci filsafat, yang menunjukkan proses atau seperangkat sifat yang membedakan satu entitas dari yang lain. Salah satu contoh perbedaan adalah gender. Maka kali ini, penulis akan mengulas lebih lanjut terkait kesetaraan gender. 

Menurut Bappenas, kesetaraan gender (gender equality) merujuk kepada suatu keadaan setara antara laki-laki dan perempuan dalam pemenuhan hak dan kewajiban. Jadi jika hak kita sudah terpenuhi dengan baik dan kewajiban sudah dilakukan dengan baik, maka akan terjadilah kesetaraan gender. Contoh adanya kesetaraan gender di lingkungan kita adalah tidak terjadinya kekerasan seksual atau pelecehan seksual, tidak ada pemukulan atau penyiksaan, serta tidak terjadi eksploitasi seks terhadap perempuan.

Tahukah kamu, bahwa cat calling termasuk ke dalam pelecehan seksual? Yang berarti jika sudah ada kasus cat calling di suatu tempat maka di dalam lingkungan tersebut tidak ada namanya kesetaraan gender. Banyak hal-hal kecil yang sebenarnya sudah melanggar pengertian kesetaraan gender atau kita bisa bilang hal-hal kecil tersebut sudah masuk ke dalam diskriminasi gender. 

Banyak sekali kasus yang beredar tentang diskriminasi gender, apa lagi di sekolah. Sosok-sosok Wawan Djunaedi dan Iklikah Muzayyanah dalam Pendidikan Islam Adil Gender di Madrasah pernah berkata bahwa menurutnya, ada lima bentuk diskriminasi gender di sekolah, yaitu pelabelan, penomorduaan, pemiskinan, kekerasan, dan beban ganda. Contoh kecil dari diskriminasi gender di lingkungan sekolah adalah saat belajar perempuan dan laki-laki sering dibanding-bandingkan, laki-laki yang sering dianggap bodoh dan pemalas, perempuan yang tidak pintar dianggap remeh, laki-laki yang menangis dikatai cengeng, perempuan yang mempunyai cita-cita tinggi dikatai aneh, dan masih banyak lagi. Beberapa hal tersebut sering dianggap enteng di sekolah. Banyaknya kasus serupa membuktikan bahwa kesetaraan gender itu sangat susah digapai.

Nyatanya, pemikiran dan pandangan manusia dalam hal kesetaraan gender harus diubah. Kita semua harus paham bahwa gender sebenarnya bukan patokan untuk segala hal. Perempuan belum tentu selalu rajin dan laki-laki belum tentu selalu malas. Pemikiran seperti inilah yang harusnya kita kembangkan dengan cara menghargai perbedaan gender. Dengan sikap saling menghargai tersebut, kita bisa menimbulkan adanya kesetaraan gender. Jika ada laki-laki yang menangis, pandang ia sebagai manusia biasa bukan sebagai seorang 'lelaki tidak boleh menangis'.

Dengan demikian, kesetaraan gender sebenarnya dapat kita ciptakan. Salah satu caranya adalah dengan mengubah pola pikir kita sendiri. Pola pikir yang baik dan positif akan mendorong kita menjadi lebih menghargai orang-lain. Oleh karena itu mulai sekarang, mari kita ubah cara pikir kita! jika, kita sudah dapat menghargai dan menghormati perbedaan gender, maka kesetaraan gender akan tercipta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun