Mohon tunggu...
Alya Kania
Alya Kania Mohon Tunggu... Jurnalis - is typing...

typing typing typing

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Bukan ke Anies yang Sok Agamis, NU-Muhammadiyah Pilih Ganjar yang Nasionalis

24 Februari 2023   16:44 Diperbarui: 24 Februari 2023   16:48 1785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok kaltimtoday.com

Ada yang menarik dari survei terbaru SMRC yang rilis Kamis (23/2) kemarin. Mayoritas warga Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah lebih menginginkan Ganjar Pranowo menjadi presiden dibanding calon lain.

Sebanyak 93% anggota NU baik yang aktif maupun tidak, menginginkan Ganjar jadi presiden. Sementara Anies Baswedan, hanya didukung 41% dan Prabowo sebesar 50%.

Di kalangan Muhammadiyah juga tak jauh beda. Ganjar mendapat dukungan sebesar 46%, disusul Anies peringkat kedua dengan dukungan 33% dan Prabowo 14%.

Hasil survei ini menarik, karena ternyata dukungan kaum santri lebih condong ke Ganjar daripada Anies. Padahal kita tahu, Ganjar selama ini identik sebagai tokoh nasionalis. Sementara Anies, dibranding sebagai tokoh yang sangat agamis.

Selama ini, Anies selalu mencitrakan dirinya dekat dengan ulama. Setiap pidato, ayat alquran ataupun hadist kerap digunakan sebagai landasan. Belum lagi soal penampilan, Anies sering muncul dengan baju koko, peci dan juga sorban.

Tapi kenapa warga NU dan Muhammadiyah, dua organisasi Islam terbesar di Indonesia justru memilih Ganjar dibanding Anies?

Kenapa ya???

Mungkin karena Ganjar bukan hanya tokoh nasionalis biasa. Dari track reccordnya, Ganjar juga pemimpin yang sangat agamis. Cuman bedanya dengan Anies, Ganjar tak suka megumbar religiusitasnya kepada publik.

Sebagai muslim, Ganjar juga melaksanakan kewajibannya dengan baik. Salat lima waktu, puasa, zakat selalu ia tunaikan dengan taat. Ganjar juga sudah berhaji, umroh juga sudah berkali-kali.

Tak banyak yang tahu, bahwa Ganjar adalah bagian dari keluarga NU. Istrinya, Siti Atikoh adalah cucu dari tokoh NU besar di Jawa bernama KH Hisyam Abdul Karim. Saudaranya dari keluarga istri, saat ini juga menjadi tokoh-tokoh NU di Jawa Tengah.

Ganjar juga sangat dekat dengan ulama. Ia selalu menjadikan ulama sebagai tempat berdiskusi, khususnya menyangkut soal kebijakan publik. Pemberian insentif guru keagamaan, pemberian bantuan pembangunan tempat ibadah dan sarana keagamaan hingga optimalisasi Baznas adalah hasil diskusi Ganjar dengan para ulama hebat itu.

Tak salah jika ia digandrungi kalangan santri. Coba lihat saat Ganjar hadir di puncak peringatan Seabad NU di Sidoarjo, belum lama ini. Bagaimana Ganjar dielu-elukan dan jadi rebutan. Orang rela berdesakan, hanya untuk bersalaman dan foto bersama.

Juga saat Ganjar menghadiri acara-acara Muhammadiyah. Responnya selalu wah. Terbaru saat ia hadir di Konggres Pemuda Muhammadiyah di Balikpapan. Di sana, Ganjar juga jadi rebutan. Lautan manusia berdesakan, demi bertemu pemimpin idaman.

Tapi menurut saya, bukan itu saja alasan kenapa warga NU dan Muhammadiyah lebih menyukai Ganjar dibanding Anies. Alasan utama sebenarnya, karena Ganjar adalah representasi Islam Nusantara.

Ganjar dianggap mampu menyelamatkan bangsa dari ancaman perpecahan. Perpecahan yang timbul akibat maraknya konflik suku, agama, ras dan golongan. Dimana konflik itu, selalu dihembuskan oleh kelompok Islam kiri, mereka yang selama ini ada di belakang Anies.

NU dan Muhammadiyah, yang masih kental dengan kehidupan kulturalnya itu tak punya tempat untuk Anies. Anies dianggap permisif, dengan praktik-praktik kekerasan kelompok yang mengatasnamakan agama. Beda dengan Ganjar, yang dengan tegas melawan itu semua.

Menarik menantikan perjuangan warga NU dan Muhammadiyah memenangkan Ganjar. Karena mungkin saja, Anies punya strategi lain yang tak bisa dinalar.

Misalnya saja ketika Anies ke Jawa Timur dan menemui Khofifah Indar Parawansa. Isunya sih, Anies minta Khofifah jadi wakilnya. Dengan cara itu, Anies berharap bisa mendulang suara kalangan NU yang tak menyukainya.

Atau isu lain, adanya kemungkinan Anies duet dengan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar. Cara itu juga dilakukan demi meraih suara kaum santri kultural.

Tapi apapun yang dilakukan Anies, saya pikir itu akan sia-sia. Selama ia masih bergumul dengan kelompok Islam kanan, selama itu pula warga NU dan Muhammadiyah akan tetap menutup ruang.

Simalakama!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun