"Ibu, saya kangen. Ternyata, engkaulah sumber terbesar yang membuat hati tenteram. Dulu saya merasa biasa bisa melihat dan bicara denganmu. Tapi sekarang, saya tidak berani mengatakan bahwa bisa melihat dan bicara denganmu itu adalah hal biasa. Bu, saya kangen berpamitan padamu. Kangen jawaban salammu ketika saya keluar ataupun masuk rumah. Kangen mencium tanganmu, kangen mendengar wejanganmu. Bu, kalau bisa, saya pengen sungkem lagi sekali saja, saya pengen mendengar nasehat dan petuahmu sambil dielus kepalaku lalu kau cium keningku. Ibu adalah rumah dengan pintu yang tak pernah tertutup. Dialah tempat kita menaruh lelah dan menata harap. Sumber kekuatan yang tak ada habisnya. Selamat Hari Ibu. Cintai dan muliakanlah ibumu." Ganjar Pranowo.
Siapa yang tak nangis mendengar ucapan Ganjar Pranowo untuk almarhumah ibunya di Hari Ibu itu. Apalagi, kita yang sudah ditinggal ibu ke surga. Rasanya, ungkapan kekangenan Ganjar pada ibunya, adalah sama dengan ungkapan kangen kita pada ibunda.
Ibu memang sosok yang paling besar pengaruhnya pada Ganjar. Perempuan bernama lengkap Sri Suparni itu telah berhasil menanamkan pondasi kuat dalam kehidupan Gubernur Jawa Tengah ini. Berkali-kali, Ganjar menceritakan betapa hebat ibunda tercinta dan ajarannya masih terpatri.
Lahir dari keluarga sederhana, Ganjar sedari kecil sudah dididik penuh kesederhanaan. Sri Suparni mengajarkan pada Ganjar kecil dan saudara-saudaranya, untuk tidak hidup bermewah-mewahan. Selalu bersyukur dengan apa yang ada dan tak lupa selalu berpegang teguh pada ajaran agama.
Didikan itulah yang sampai kini jadi laku hidup seorang Ganjar. Meski sudah menjadi pejabat, ia tetap sederhana. Tampil apa adanya, tanpa pernah sombong dan pamer harta.
Dibanding politisi dan pejabat lain, mungkin hanya Ganjar yang hidupnya sangat sederhana. Dua periode jadi anggota DPR RI dan juga Gubernur Jawa Tengah, total harta kekayaan Ganjar sampai saat ini hanya Rp10,5 miliar.
Selama menjabat Gubernur Jateng, ia tak pernah pergi-pergi dengan mobil mewah. Hanya Kijang Innova yang menemani, dalam setiap kegiatannya sehari-hari. Padahal di Jateng saja, ada bupati yang mobilnya lebih mewah dan mahal dibanding Ganjar.
Sri Suparni juga mengajarkan Ganjar tentang hidup tak boleh terlalu ambisius. Apalagi soal jabatan, Sri Suparni selalu berpesan pada Ganjar untuk tidak memperebutkannya. Jabatan itu amanah, yang akan diberikan pada orang yang tepat.
Makanya sampai sekarang, Ganjar nggak pernah ngebet kalau soal jabatan. Meski namanya santer diberitakan sebagai kandidat Capres terkuat, tapi dia nggak pernah tinggi hati. Tidak seperti Capres lain, yang sibuk kampanye untuk menaikkan citra diri. Ganjar cool saja sampai saat ini. Justru yang sibuk para relawan dan fans yang memang jatuh cinta padanya. Ganjar nggak bisa melarang, karena itu hak setiap warga negara.
Pesan Sri Suparni yang begitu kuat dalam kepemimpinan Ganjar adalah tidak korupsi. Saat Ganjar terpilih sebagai Gubernur Jateng, Sri Suparni berpesan agar Ganjar tidak korupsi. Pesan itu begitu terpatri dalam jiwa seorang Ganjar.
Selama memimpin Jateng, Ganjar terkenal keras kalau soal korupsi. Dengan slogannya, Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi, Ganjar berhasil mewujudkan reformasi birokrasi di Jateng jadi lebih bersih.
Korupsi dibabat habis. Bawahannya yang ketahuan bermain-main, langsung dipecat atau dilaporkan ke KPK. Pendidikan anti korupsi ditanamkan sejak dini, dengan membuat kurikulum anti korupsi yang diajarkan ke sekolah-sekolah.
Jual beli jabatan yang biasa terjadi di pemerintahan dipotong. Nggak ada lagi jual beli jabatan di Jateng. Siapapun berhak menduduki jabatan, dengan proses lelang jabatan terbuka. Makanya tak heran, kalau ada Kepala Sekolah bisa jadi Kepala Dinas Pendidikan dan Camat bisa jadi Kepala Biro Kesra di Jateng.
Jika biasanya LHKPN hanya diwajibkan untuk pejabat, di Jateng Ganjar mewajibkan semua ASN melaporkan LHKPN. Atas capaian-capaian itu, Jateng dinobatkan sebagai provinsi paling berintegritas oleh KPK dan banyak penghargaan lain dari lembaga anti rasuah itu.
Ganjar tak mungkin mewarisi sikap-sikap itu jika dulu Sri Suparni tak menanamkan pondasi yang kuat. Maka tak heran, Ganjar begitu sayang pada ibundanya itu. Ia kerap menangis, jika harus bercerita tentang kisah hidup Sri Suparni yang sederhana.
Kini Sri Suparni telah tiada. Namun nilai-nilai ajarannya, tetap hidup di dalam jiwa seorang Ganjar Pranowo. Alfatihah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI